Warisan Dunia dan Penyesalan Mendalam
UM Surabaya

*)Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Petunjuk yang datang pada dirinya, manusia merespon secara berbeda-beda. Kebanyakan di antara mereka merespon secara buruk sehingga muncul berbagai perilaku yang bertentangan dengan petunjuk.  Hal ini selaras dengan narasi Al-Qur’an yang menggambarkan kebanyakan manusia tidak mengetahui, tidak bersyukur, tidak tahu diri.

Akibat dari kebodohan ini, maka mereka mengalami penyesalan ketika menghadapi siksaan di neraka. Mereka ingin keluar dan berikrar akan berbuat baik sebagai tebusan atas kesalahan yang pernah dilakukannya saat di dunia.

Dunia dan Warisan

Al-Qur’an manarasikan bahwa manusia merupakan pewaris tunggal untuk mengelola dunia ini. Artinya, manusia mendapatkan kepercayaan untuk memimpin Allah mempercayakan  amanah tersebut. Namun Al-Qur’an memberi perincian bahwa datangnya petunjuk melahirkan tiga model manusia. Hal ini sebagaimana penjelasan Al-Qur’an berikut :

ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا ۖ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٞ وَمِنۡهُمۡ سَابِقُۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِيرُ

Artinya:

Kemudian Kitab itu, Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS. Fāţir :32)

Al-Qur’an menggambarkan tipologi pertama, itu merupakan kebanyakan bahwa manusia melakukan pelanggaran atas petunjuk. Mereka umumnya berperilaku berbeda dengan arahan Al-Qur’an.

Diperintah untuk menyembah hanya kepada Allah, mereka justru menyekutukan-Nya. Disugesti untuk membersihkan diri tetapi justru mengotori dirinya dengan berbuat dosa. Di antara mereka justru ingin menghilangkan petunjuk dengan berbagai cara, seperti mengolok-olok hingga membunuh pembawa petunjuk.

Al-Qur’an juga menggambarkan tipologi kedua, yakni ada sekelompok manusia yang menyadari bahwa petunjuk merupakan sumber kebaikan, namun mereka tidak mampu mengikuti petunjuk. Dalam merespon petunjuk, mereka berupaya mematuhinya, tetapi terkadang masih melanggarnya. Mereka pun menyadari kesalahannya, namun terkadang masih melanggarnya kembali. Betapa banyak manusia sering tergelincir berbuat dosa, seperti mencuri, korupsi, berzina, atau khamr. Mereka mengakui kesalahannya tetapi terkadang mengulanginya.

Namun, Al-Qur’an tidak melewatkan bahwa ada sekelompok manusia yang bersegera dalam merespon petunjuk. Mereka bersungguh-sungguh dalam menerapkan arahan petunjuk Allah. Bersungguh-sungguh dan bersegera dalam melakukan ketaatan sehingga perbuatan mereka sangat agung serta membuat kelompok mendapat pujian Allah sebagai kelompok yang terpuji sehingga mendapat karunia besar.

Penyesalan Pendosa

Al-Qur’an mengabadikan penyesalan para pendosa ketika berhadapan dengan siksaan neraka. Mereka baru menyadari bahwa perbuatannya selama hidup di dunia sebagai perbuatan menyimpang dan dosa. Mereka pun menyesal dan berikrar akan berbuat baik bila dikembalikan ke dunia. Mereka berjanji akan berbuat maksimal dengan mengikuti petunjuk. Namun penyesalan itu tidak berguna karena telah datang seorang rasul yang mengajak berbuat baik. Alih-alih direspon positif, utusan itu justru didustakan dan ingin dibunuh.

Para pendosa itu merupakan manusia kebanyakan. Mereka menginginkan amnesti atau pembebasan dari hukuman neraka yang sangat pedih dan menghinakan. Namun Allah tidak memaafkan tetapi justru memasukkannya agar merasakan adzab neraka. Dahulu para utusan dilecehkan dan diminta untuk mendatangkan adzab, mereka sudah diberi tangguh untuk segera kembali ke jalan yang benar. Bukannya menyadari, mereka justru semakin keras perlawanannya. Narasi di atas dijelaskan secara jelas sebagaimana firman-Nya :

وَهُمۡ يَصۡطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخۡرِجۡنَا نَعۡمَلۡ صَٰلِحًا غَيۡرَ ٱلَّذِي كُنَّا نَعۡمَلُ ۚ أَوَلَمۡ نُعَمِّرۡكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۖ فَذُوقُواْ فَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ

Artinya:

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (QS. Fāţir : 37)

Al-Qur’an mengabadikan rintihan para penghuni neraka. Betapa pedihnya siksaan nereka, membuat mereka menangis dan berharap kembali ke dunia. Mereka ingin diberi kesempatan dikembalikan ke dunia. Untuk apa ? Mereka ingin menebus dosa yang selama ini telah mereka lakukan. Mereka berjanji akan berbuat amal kebaikan dan berniat untuk memperbaiki diri dengan berbuat mulia.

Atas permintaan itu, Allah menunjukkan bukti bahwa telah diutus seorang nabi yang menjelaskan bahaya menentang petunjuk akan terseret ke neraka. Mereka diberi umur panjang untuk berpikir dan merenungkan secara mendalam dampak menentang petunjuk. Ketika diberi tangguh dengan umur panjang. Bukannya sadar, para pendosa justru semakin kuat perlawanannya.

Karena tidak membuat sadar dan bahkan terus menerus dalam berbuat dosa, maka Allah pun melegalisasi siksaan itu. Mereka pun dipastikan sebagai manusia yang dzalim, dan atas kedzaliman itu, Allah tidak memberi pertolongan dalam bentuk apa pun.

Surabaya, 8 Januari 2025.

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini