*)Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Allah mendeklarasikan bahwa diri-Nya Maha segalanya, Maha Kaya dan Maha terpuji. Dan pada saat yang sama, Dia memastikan bahwa manusia sebagai hamba yang sangat fakir dan membutuhkan diri-Nya. Namun manusia hilang akal sehatnya sehingga salah arah dalam penyembahan.
Bukannya mengagungkan Allah dan meminta kepada-Nya, tetapi justru berbuat kemusyrikan dengan menyembah dan meminta kepada selain-Nya. Mereka mengadukan problem hidupnya kepada sesembahan, bukan meminta pertolongan Allah. Kondisi ini mengubah potret dirinya menjadi angkuh dan sombong, hingga melupakan Allah.
Kefakiran Manusia
Manusia terkadang terlihat kuat dan pintar. Dikatakan kuat, karena dia bisa melakukan dan mewujudkan apa yang diinginkannya. Bahkan begitu pintarnya dalam memanfaatkan potensi dirinya sehingga melahirkan berbagai kesuksesan. Kekayaan dan harta yang melimpah bisa dikatakan karena kekuatan dan kepintarannya.
Namun di saat yang lain manusia terlihat lemah dan bodoh. Dikatakan lemah, karena tidak semua keinginannya terwujud bahkan serikali gagal. Berkeinginan menjadi orang sukses tetapi fisiknya lemah dan sakit-sakitan. Terkena bencana seperti hujan atau banjir, dia tidak bisa mengelak atau mencegahnya. Di katakan bodoh, karena apa yang direncakan tidak pernah terwujud.
Perhitungannya sering meleset dan kurang cermat. Akalnya yang cerdas tidak mengarahkan dirinya untuk meminta bantuan kepada siapa yang sepantasnya. Ketika mendapat musibah dan bencana justru meminta bantuan kepada sesame makhluk. Padahal makhluk itu tidak bisa memberi manfaat atau jalan keluar.
Akal warasnya tidak mampu mengarahkan untuk mengakui bahwa dirinya lemah dan meminta kepada pencipta dan pemelihara dirinya. Al-Qur’an menarasikan bahwa manusia makhluk paling lemah dan membutuhkan Tuhan untuk menyelesaikannya.
Sementara Allah adalah Tuhan yang bisa menyelesaikan semua problem yang dihadapi seluruh umat manusia. Hal ini dinarasikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ
Artinya:
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS. Fāţir :15)
Manusia sangat membutuh Allah. Problem yang dihadapi tidak semuanya bisa diatasi sendiri. Sedemikian butuhnya manusia pertolongan pihak lain, maka dia mencari harapan dan mewujudkan impian kepada pihak-pihak yang tidak mampu.
Sebagai seorang beriman, Allah memberi sarana kepada manusia untuk menggantungkan harapan dan impiannya kepada Allah. Untuk mencapai harapannya, manusia harus memiliki jasmani-fisik yang prima, sehingga dia menjaga dan memeliharanya. Dia sangat perhatian terhadap jasmaninya, sehingga muncul istilah Men sana in corporane sano (di dalam tubuh yang sehat terhadap jiwa yang sehat.
Pedulinya manusia terhadap kesehatan fisik membuatnya perhatian sehingga tubuhnya senantiasa dijaga. Munculnya “program makan gratis” tidak lepas dari pandangan bahwa manusia yang kekurangan makan bergizi.
Namun manusia lalai terhadap kebutuhan jiwanya. Untuk meraih terwujudkan Indonesia emas, justru melalaikan kebutuhan ruhani. Tidak muncul program untuk memberi porsi penyucian jiwa dalam bentuk kajian atau kultum di kantor dalam membekali manusia hidup disiplin, jujur, amanah dan adil dalam menjalankan praktek bernegara.
Hal inilah yang melahirkan generasi pintar tapi mental maling, korupsi merajalela, kekayaan negara dieksploitasi untuk kepentingan diri dan keluarganya.
Penghambaan Pada Allah
Allah memberikan beban ibadah dalam rangka agar manusia senantiasa menyandarkan dirinya kepada Allah. Oleh karena itu, ketersambungan dengan Allah diberikan syariat untuk yang bersifat harian, seperti bersyahadat dan salat. Bersyahadat dimaknai bahwa manusia senantia mengingat kebesaran Allah dan mengecilkan yang lain, serta mengakui bahwa syariat Nabi Muhammad sebagai aturan terbaik.
Dengan menjalankan salat maka manusia senantiasa menghubungkan dirinya kepada Allah. Seluruh problem yang dihadapi diseraahkan kepada-Nya. Ketika manusia meninggalkan dua hal itu (syahadat dan salat) maka hubungannya terputus dengan Alah, dan setan akan menjadi sandarannya.
Dalam konteks tahunan, Islam membebankan ibadah puasa dan zakat. Dengan puasa akan mendekatkan jiwanya kepada Allah dan mensucikan batinyya dari berbagai kotoran yang merusak batinya. Dengan zakat, maka kesucian hartanya terjaga. Hak-hak orang fakir dan miskin atas hartanya tersampaikan. Dengan puasa dan zakat, maka manusia akan menjaga hubungan dengan Allah, dan Allah pasti akan menunaikan kewajibannya kepada hamba-Nya.
Dalam konteks seumur hidup, Allah memberi beban syariat kepada manusia untuk menunaikan ibadah haji bagi yang mampu secara keuangan dan fisik. Dalam ritual haji, terkandung berbagai praktek ibadah yang menggantungkan dirinya secara total kepada Allah. Mulai dari Thawaf, Sa’i, Wukuf, bermalam di Mina, berkurban merupakan ibadah yang dilakukan untuk menyerahkan nasib dirinya di dunia dan akherat kepada Allah. Kepasrahan dan ketaatan total sangat terlihat dalam ibadah haji.
Ibadah harian (syahadat-salat), tahunan (puasa-zakat), hingga seumur hidup sekali (haji) merupakan bentuk kepasrahan hamba kepada Allah. Bilamana ibadah ini dilakukan secara baik maka Allah akan menjamin kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akherat. Namun kebanyakan manusia lalai dan ingkar, sehingga memilih jalan lain. Ketika diseru untuk mengikuti syariat, kebanyakan manusia menolak meski mendengar dan mematuhinya. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
إِن تَدۡعُوهُمۡ لَا يَسۡمَعُواْ دُعَآءَكُمۡ وَلَوۡ سَمِعُواْ مَا ٱسۡتَجَابُواْ لَكُمۡ ۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يَكۡفُرُونَ بِشِرۡكِكُمۡ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثۡلُ خَبِيرٖ
Artinya:
Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari kiamat, mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (QS. Fāţir : 14)
Allah memastikan bahwa diri-Nya akan berlepas diri kepada manusia yang melakukan pembangkangan. Bahkan Allah menjamin bahwa berhala-berhala yang dituhankan manusia akan berlepas diri dan berpaling dari manusia pada saat kiamat datang.(*)
Surabaya, 11 Januari 2025.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News