Baldah Arrayan, mantan atlet panjat tebing dengan koleksi 25 trofi nasional asal Surabaya, Jawa Timur, kembali mencuri perhatian di dunia olahraga. Kali ini, ia mencatatkan prestasi gemilang sebagai pelari kategori master, dengan meraih 11 podium dalam berbagai ajang lari nasional sepanjang tahun 2024.
Setelah lebih dari satu dekade vakum dari dunia olahraga, Baldah menunjukkan bahwa semangat juang dan dedikasi mampu membawa seseorang kembali berprestasi. Persiapannya dimulai sejak Juni 2022, melalui latihan intensif dan disiplin tinggi.
“Saya sangat bersyukur atas capaian ini. Terutama podium kedua di Bromo Tengger Trail Run yang menjadi salah satu tantangan terberat. Medan gunung jauh lebih menuntut dibandingkan lintasan jalan raya,” ungkap Baldah saat diwawancarai pada Minggu (12/1/25).
Sebagai anggota aktif komunitas Runner Muhammadiyah (RunnerMu), bagian dari Lembaga Pengembangan Olahraga (LPO) Muhammadiyah, Baldah tak hanya berlari untuk mencetak prestasi, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk hidup sehat dan aktif.
Setiap Kemenangan, Setiap Cerita
Setiap podium yang diraih Baldah memiliki cerita perjuangan tersendiri. Ia memulai tahun 2024 dengan prestasi manis di Notary Run BSD Ciputra Semarang, finis di podium ketiga kategori master usia 40–49 tahun. Sprint dramatis sejauh 200 meter menjelang garis finis menjadi momen yang tak terlupakan.
“Rasanya seperti mimpi bisa berdiri di podium,” ujarnya penuh haru.
Namun, perjalanan menuju kesuksesan tidak selalu mulus. Di Green Force Run 10K, Baldah sempat mendapat penanganan medis akibat kelelahan setelah sprint sejauh 150 meter, tetapi berhasil mengamankan podium kedua.
Di Bromo Tengger Trail Run 11K, ia bahkan sempat terjatuh di lintasan menurun hingga bahunya mengalami cedera, tetapi tetap finis di posisi kedua.
Pada Salatiga Master Athletic Championship, Baldah tampil memukau dengan membawa pulang empat podium sekaligus untuk nomor 100 meter, 800 meter, 1500 meter, dan 3000 meter. Momen emosional lainnya hadir di Kelud Vertical Challenge, di mana ia menaklukkan medan curam setinggi 750 meter dan finis di podium kelima dengan penuh air mata.
Di balik prestasinya, Baldah menjalani keseharian yang penuh tantangan. Sebagai seorang ibu, pengajar, dan penulis, ia harus pandai membagi waktu.
“Sering kali saya berlatih di bawah terik matahari setelah perjalanan 35 kilometer dari Sidoarjo ke Surabaya. Semua butuh pengorbanan, tetapi saya menikmatinya,” jelasnya.
Persiapannya untuk debut full marathon di akhir 2024 juga tidak kalah berat. Cedera lutut sempat menghambat program latihannya, tetapi dengan tekad kuat dan pengobatan yang konsisten, ia berhasil menyelesaikan jarak 42,195 kilometer. Meski tidak memasang target podium, Baldah merasa perjalanan itu mengobarkan kembali semangat kompetitifnya.
“Berlari bukan sekadar untuk menang, tetapi juga untuk menjaga kesehatan fisik dan mental di usia master,” ujarnya.
Target Besar di 2025
Melihat potensi yang terus berkembang, Baldah menargetkan prestasi internasional pada tahun 2025. Ia bertekad mengibarkan bendera Merah Putih di Kejuaraan Atletik Master Asia. Selain itu, ia fokus memperbaiki teknik dan meningkatkan fondasi fisik demi performa yang lebih maksimal.
“Saya ingin menunjukkan bahwa usia bukanlah penghalang untuk terus berprestasi. Dengan semangat, kerja keras, dan konsistensi, siapa pun bisa meraih impian mereka,” tambahnya.
Kisah Baldah Arrayan adalah bukti nyata bahwa keterbatasan waktu atau usia bukanlah halangan untuk terus berkarya. Ia tidak hanya menginspirasi para atlet muda, tetapi juga mengingatkan kita bahwa mimpi besar selalu layak diperjuangkan. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News