Kebakaran LA : Antara Rekayasa Sosial dan Kemurkaan Tuhan
foto:TVNZ1
UM Surabaya

*)Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Lebih dari sepekan api yang meluluhlantakkan satu kota di Los Angeles (LA) berjalan, muncul berbagai pernyataan yang membalik opini selama ini tentang penyebab kebakaran. Pernyataan itu mengungkap akar penyebab kebakaran itu merupakan rekayasa sosial yang menginginkan terciptanya kota batu yang lebih cerdas guna menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan-perubahan zaman.

Hal ini benar-benar meruntuhkan opini yang sudah beredar bahwa bencana ini sebagai fenomena supra-natural yang diyakini sebagai bentuk teguran atas perilaku menyimpang yang dilakukan secara terang-terangan. Pernyataan terbaru ini bukan hanya menunjukkan kesombongan dan kekejaman manusia, tetapi akan melegitimasi berbagai kemaksiatan yang telah mereka lakukan selama ini.

Rekayasa Tatanan Baru

Bencana kebakaran yang melanda kota LA menimbulkan dugaan baru yang bersifat rasional sebagai rekayasa sosial. Teori ini didasarkan oleh pandangan bahwa eksistensi kota LA sudah tidak sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman. Elite global menginginkan perubahan total, dan ingin mewujudkan impian LA sebagai kota cerdas yang ingin dihuni hanya kelas tertentu saja.

Oleh karenanya, pembakaran dan pembumihangusan merupakan hal yang harus dilakukan. Melakukan secara bertahap hanya akan mendatangkan kesulitan yang berkepanjangan. Dengan cara pembakaran akan cepat mewujudkannya. (https://youtu.be/j3Ev1Y4SdjE?si=plLiAXw0aQBVFPjg&t=127)

Teori ini dipahami bahwa angin yang sangat kencang di tengah tanah yang kering merupakan hal biasa. Apalagi, angin seperti ini terjadi tahunan, sehingga harus disikapi secara wajar. Rasionalisasi di atas seolah-olah menutupi berbagai fakta kejahatan dan penyimpangan perilaku masyarakat LA, khususnya komunitas Hollywood.

Hollywood terkenal dengan simbol kemewahan dan hidup glamor yang lekat dengan hidup menyimpang yang dilakukan secara terang-terangan. Hidup berganti-ganti pasangan, pornografi, narkoba, miras, dan perjudian menjadi pandangan umum dan itu menjadi kiblat dan tersebar lewat berbagai produksi film. Dunia pun mengkonsumsi dan meniru pola hidup yang sangat rusak, dan itu beredar melalui penyebaran film.

Dalam perspektif supra-natural bahwa realitas kebakaran hebat itu tidak mungkin terjadi kecuali turutnya Tuhan. Pembiaran atas terbakarnya wilayah yang cukup luas itu tidak mungkin mengalami pembiaran kalau Tuhan tidak menghendaki. Dengan kata lain, bencana ini sebagai bentuk teguran atas perilaku maksiat yang dilakukan secara terbuka dan terang-terangan serta disebar di seluruh dunia.

Dengan kata lain, bencana itu sebagai azab sekaligus peringatan Allah atas perbuatan manusia yang melampaui batas. Hal ini sebagai bentuk pelajaran bagi manusia yang mau berpikir sehinga sadar untuk menjalani hidup yang benar. Bukti bahwa hal ini sebagai bencana ditunjukkan dengan berbagai tangisan dan keluhan serta putus asa dari kebanyakan di antara mereka. Allah merekam bahwa hal itu merupakan bentuk balasan atas permintaan mereka dengan menunjukkan bentuk kemaksiatan secara terang-terangan. Hal ini sebagaimana narasi Al-Qur’an sebagai berikut :

أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ ءَامَنتُم بِهِۦٓ ۚ ءَآلۡـَٰٔنَ وَقَدۡ كُنتُم بِهِۦ تَسۡتَعۡجِلُونَ

Artinya:

Kemudian apakah setelah terjadinya (azab itu), kemudian itu kamu baru mempercayainya? Apakah sekarang  (baru kamu mempercayai), padahal sebelumnya kamu selalu meminta supaya disegerakan? (QS. Yūnus :51)

Tidak ada keinginan untuk mengubah perilaku menyimpang dan bahkan merasa aman dengan berperilaku maksiat, sama saja menantang datangnya bencana. Ketika menyatakan bahwa bencana itu sebagai rekayasa, sama saja ingin mengatakan bahwa bencana itu sebagai gejala alam biasa. Dan mereka akan melakukan lagi hal-hal yang menyimpang sebagaimana yang telah berlaku sebelumnya.

Kesombongan Manusia

Sebagaimana umumnya manusia yang memiliki kekayaan senantiasa muncul kesombongan. Bencana yang muncul dianggap sebagai fenomena biasa saja. Kalau diberi peringatan untuk memperbaiki atas penyimpngan perilakunya, bukannya berhenti dan bertobat, tetapi mereka justru menolak hal itu.

Menyatakan bahwa bencana itu sebagai rekasaya manusia, sama saja mengatakan bahwa Tuhan tidak ada, dan mereka ingin mengumumkan bahwa perilaku menyimpang selama ini tidak berpengaruh terhadap datang tidanya bencana. Hal ini mengingatkan para nabi terdahulu ketika datang peringatan dalam bentuk bencana mereka justru membuang muka dan semakin berpaling. Hal ini dinarasikan dengan baik sebagaimana firman-Nya :

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ

Artinya:

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah ṭagūt  itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya . Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Naĥl :36)

Bukannya menerima nasehat atas petunjuk tetapi bereka justru semakin berpaling dengan membuang muka. Hal ini sebagaimana terekam dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ يَسۡتَغۡفِرۡ لَكُمۡ رَسُولُ ٱللَّهِ لَوَّوۡاْ رُءُوسَهُمۡ وَرَأَيۡتَهُمۡ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسۡتَكۡبِرُونَ

Artinya:

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu”, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri. (QS. Al-Munāfiqūn : 5)

Demikianlah perilaku orang yang tdak percaya pada kehidupan akhirat dan terseret jauh dengan dunia, akan senantiasa menentang berbagai petunjuk. Oleh karena itu, ketika datang bencana bukannya mendekat pada Tuhan tetapi justru menentang dan mempertahankan penyimpangannya.

Surabaya, 15 Januari 2025

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini