Pelopor Kalender Islam Global Tunggal yang Wajib Diketahui
UM Surabaya

Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) pertama yang diperkenalkan adalah kalender urfi atau kalender aritmetik/tabular.

Meskipun saat ini tidak begitu pasti kapan kalender ini diciptakan, beberapa sumber mengatribusikannya kepada al-Battani (w. 317/929).

Kalender urfi memiliki beberapa kelemahan yang perlu diatasi. Pertama, kalender ini tidak seirama dengan gerak faktual bulan di langit, sehingga dalam beberapa kasus, penanggalan bulan pada kalender urfi tidak selaras dengan posisi bulan yang sebenarnya di langit.

Hal ini dapat menyebabkan perbedaan dalam penentuan tanggal kamariah yang seharusnya jatuh pada saat tertentu.

Kedua, kalender urfi juga tidak mengikuti keseragaman dalam penjadwalan tahun kabisat. Sistem kabisat pada kalender ini tidak selalu teratur dan dapat menyebabkan ketidakpastian dalam menentukan tahun-tahun kabisat.

Ketiga, perbedaan pendapat tentang hari pada tanggal satu, bulan satu, dan tahun satu Hijriah menjadi masalah yang muncul.

Hal ini dapat menyebabkan perbedaan penanggalan antara kelompok atau komunitas yang berbeda dalam menetapkan awal tahun Hijriah.

Keempat, usia Ramadan dalam kalender urfi selalu tetap dan tidak dapat berubah dari tahun ke tahun. Hal ini berarti Ramadan akan selalu jatuh pada musim yang sama, tanpa mengikuti perubahan siklus musim yang sebenarnya.

Kelima, masalah lain yang dihadapi oleh kalender urfi adalah adanya sisa waktu yang tidak terdistribusikan ke dalam bulan. Akibatnya, setiap beberapa tahun sekali, timbul masalah dalam menyesuaikan panjang bulan dan waktu antara bulan-bulan.

Dengan adanya kelemahan-kelemahan ini, muncul kebutuhan untuk mencari alternatif yang lebih akurat dan komprehensif untuk menyatukan kalender Islam secara global.

Inilah yang mendorong Muhammadiyah untuk mengusulkan dan mengembangkan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) dengan prinsip dan syarat validitas yang lebih tepat dan lebih sesuai dengan kebutuhan umat Islam di seluruh dunia.

Seiring dengan upaya menyatukan penanggalan umat Islam di seluruh dunia, Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) telah mengalami perjalanan panjang sejak pengusulan pertamanya oleh pakar hadis Aḥmad Muḥammad Syakir pada tahun 1939.

Dalam karyanya yang berjudul Awa’il al-Syuhur al-‘Arabiyyah, Syakir menyatakan bahwa awal bulan tidak seharusnya berbeda karena perbedaan wilayah dan jarak antar tempat, meskipun waktu tenggelamnya bulan dapat berbeda.

Pada tahun 1998, parameter Syakir ini diadopsi oleh kalender Ummul Qura. Namun, satu tahun kemudian, dalam Konferensi Menteri Luar Negeri Negara-Negara OKI di Ouagadougou, Burkina Faso, kalender ini mengalami penyesuaian dengan tambahan parameter baru.

Parameter tersebut menyatakan bahwa bulan baru akan dimulai jika ijtimak (pertemuan hilal dan matahari) terjadi sebelum matahari tenggelam di Mekah atau di negeri-negeri Islam yang bersekutu dalam sebagian malam dengannya.

Tidak lama setelah itu, di Arab Saudi pada tahun 2003, kalender KHGT kembali mengalami penyesuaian karena kasus bulan Rajab 1424 H.

Dalam putusan Konferensi Ke-26 Menteri Luar Negeri Negara-Negara Islam, kalender wujudul hilal diadopsi dan tetap berlaku hingga saat ini.

Meskipun demikian, titik acu (markaz) untuk penentuan awal bulan adalah di Mekah, tepatnya di Ka’bah.

Pada tahun 2008, Islamic World Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO) mengadopsi KHGT dengan parameter yang lebih spesifik.

Menurut parameter ini, bulan baru akan dimulai apabila ijtimak terjadi sebelum pukul 12:00 GMT. Namun, jika ijtimak terjadi sesudah pukul 12:00 GMT, maka bulan baru akan dimulai pada hari berikutnya.

Perjalanan sejarah KHGT menunjukkan upaya terus-menerus dari para ahli dan otoritas Islam untuk mencapai kesepakatan dalam menyatukan penanggalan umat Islam secara global.

Meskipun tantangan dan perbedaan sudut pandang masih ada, adopsi berbagai parameter ini adalah langkah maju dalam mencapai tujuan bersama untuk menciptakan kalender Islam yang seragam dan akurat di seluruh dunia. (*/tim)

(Disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar dalam Seminar Rakernas Tarjih di Universitas Muhammadiyah Malang, (22 Juli 2023)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini