Kemudian ada seseorang yang menepuk pundak Bilal dan berkata;
“Engkau sudah kembali lagi disini wahai Bilal?”
Bilal kemudian menoleh, dialah Abu Bakar. Bilal pun memeluk Abu Bakar dengan sangat kencang, sementara disisi Abu Bakar ada Umar, dan kemudian Bilal pun menangis.
Bilal mengatakan; “Abu Bakar aku takut sekali Abu Bakar, Rasulullah mendatangiku di mimpiku Abu Bakar. Rasulullah mengatakan hatiku gersang, hatiku kering, hatiku telah mati karena aku tidak mengunjungi Rasulullah Saw. Aku takut Rasul meninggalkanku wahai Abu Bakar, Bilal pun terus mengangis, hingga ia pun menyeka air matanya dan Abu Bakar pun mencoba untuk menenangkannya.
Abu Bakar pun mengatakan; “Bilal, air mata yang turun karena rindu Rasulullah saw. tidak akan pernah ditinggal oleh rasulullah, dan kau adalah orang yang tidak pernah ditinggal oleh Rasulullah saw.”
Bilal pun kembali memeluk Abu Bakar As Siddiq Ra. “Betapa kau rindu kepada Rasulullah Wahai Abu Bakar.”
Maka Abu Bakar pun berkata kepada Bilal; “Bilal kumandangkanlahadzan lagi. Azanlah wahai Bilal.”
Bilal pun menjawab; “Tidak Abu Bakar, aku tidak akan pernah sanggup melakukan itu.”
Datanglah dua anak kecil mendatangi Bilal. Mereka adalah Sayidina Hasan Sayidina Husein dan memeluk Bilal dan kemudian mengatakan;
“Wahai kakek Bilal, kami cucu-cucu Rasulullah. Kumandangkan adzan lagi wahai kakek Bilal. Betapa kami rindu mendengarkan suaramu wahai kakek Bilal.”
Bilal pun menatap wajah Hasan yang mirip dengan sangat Rasulullah, menatap Husein yang sangat mirip dengan Rasulullah. Bilal pun memeluk keduanya dan dari aroma keduanya tercium wangi Rasulullah saw. dan pada akhirnya Bilal pun mengatakan;
“Baik-baik aku akan mengumandangkan adzan.”
Semua orang pun sudah berkumpul di dalam mesjid untuk bersama-sama melakukan shalat berjamaah dan untuk mendengarkan adzan dari Bilal bin Rabbah Ra.
Laki-laki hitam ini pun mulai memecah barisan dan orang-orang melihat Bilal. Mulailah orang-orang melihat bilal mulai menangis, mulai menetes air mata mereka karena biasanya di sisi Bilal selalu ada Rasulullah saw. Bilal mulai berjalan dan air matanya mulai menetes, kemudian ia mulai naik ke atas menara.
Bilal mencoba melihat pandangannya ke bawah karena biasanya sebelum mengumandangkan adzan ada Rasulullah di sana, ada wajah Rasulullah di sana, tapi ia tidak melihat Rasulullah. Ia pun kemudian mengumandangkan adzan, maka bahunya pun bergoncang, ia tidak kuat sebenarnya. Ia pun mulai mengucapkan: “Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Dengan suara yang gemetar, lalu apa yang terjadi? Seluruh orang yang berada di mesjid pun bergemuruh tangisan mereka. Mereka merasa rindu dengan Rasulullah Saw. suara Bilal mengingatkan mereka kepada Rasulullah Saw. Lalu Bilal pun kembali melanjutkan adzannya;
“Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Dan seluruh ibu-ibu yang ada di kota Madinah datang berbondong-bondong menuju mesjid dan mengatakan;
“Apakah Rasulullah hidup kembali? Apakah Rasulullah datang kembali? Apakah Rasulullah dibangkitkan kembali?”
Suara adzan Bilal mengingatkan mereka kepada Rasulullah dan orang-orang mengatakan;
“Tidak. Rasulullah tidak hidup lagi. Rasulullah tidak dibangkitkan lagi. Rasulullah sudah wafat. Ini hanya suara Bilal saja.”
Orang-orang yang ada di mesjid kembali menangis. Dan Bilal pun kembali melanjutkan adzannya; “Asyhadu anlaa ila ha ila Allah, Wa asyhadu anna Muhammadarasulullah.” Dan Bilal pun jatuh pingsan. Bilal pun jatuh pingsan. Bilal tidak kuat untuk mengucapkan nama Muhammad Saw. dan ketika Bilal tersadar dari pingsannya, ia pun mengatakan; “Lanjutkan adzannya, aku tidak mampu. Lanjutkan adzan aku tidak tahan, aku tidak bisa.” Kata Bilal.
Kisah kerinduan Bilal ini mendatangkan pembelajaran yang luar biasa untuk kita. Rasulullah pernah mengatakan kepada seluruh sahabat-sahabatnya;
“Aku merindukan para saudara-saudaraku.”
Para sahabat pun mengatakan; “Kamilah saudara-saudaramu, maksudmu apa wahai Rasulullah?”
Rasulullah Saw. berkata; “Kalian adalah sahabat-sahabatku, tapi aku merindukan saudara-saudaraku.”
Para sahabat bertanya; “Siapa mereka wahai rasulullah?”
Rasulullah saw: “Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melihatku, tidak pernah melihat wajahku, tapi mereka beriman kepadaku. Mereka patuh dan mereka mengikuti semua perkataan dan perbuatanku. Dan aku rindu untuk bertemu dengannya.”