Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Janganlah engkau terlalu bangga, sungguh Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyukai orang yang membanggakan diri“. (QS. Al Qasas : 76)
“Apa artinya anak Adam membangga banggakan diri, pada mulanya ia hanyalah setetes air mani dan pada akhirnya ia menjadi bangkai, Ia tidak dapat menentukan rizkinya sendiri dan tidak dapat menolak kematian.” (Sayyidina Ali Bin Abi Thalib)
Kenyataan ini memang menjadi bukti kuat betapa lemahnya manusia, ia tidak bisa berbuat banyak selain ikhtiar, sementara hasilnya dalam kendali Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menentukan rizki dan kematian.
Manusia tidak bisa menolak kematian, tapi bukan berarti kita boleh pasif saat tengah sakit, sehingga enggan untuk berobat. Islam mengajarkan kita untuk berikhtiar, lalu menyerahkan hasil akhir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi, wajar jika ada dua orang yang melakukan ikhtiar yang sama, tetapi hasil keduanya berbeda. Sebab, lagi lagi hanya Dialah yang berkuasa menentukan hasilnya.
Banyak orang lupa, mereka berjalan di muka bumi ini dengan membusungkan dada, seakan akan mereka memiliki kuasa atas manusia manusia lainnya, sehingga mereka berlaku se mena mena. Padahal, jika mereka menyadari, cukup mudah bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menghancurkan mereka.
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, sungguh, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyukai orang orang yang sombong dan membanggakan diri“.
(QS. Lukmaan : 18)
Ujub atau bangga terhadap diri sendiri amatlah sulit dihilangkan, ujub menyerang dengan cara yang halus sehingga banyak orang yang merasa baik baik saja, tapi sesungguhnya ia terkena penyakit yang mematikan.
Jika ujub telah berkembang menjadi takabur, sungguh hal ini akan lebih berbahaya. Bukankah iblis dikeluarkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari surga karena kesombongannya ?
“Maka apakah orang yang dijadikan setan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu ia menyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu setan) ?. Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyesatkan siapa yang dikehendakiNya dan membimbing siapa yang dikehendakiNya. Maka, janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui perbuatan mereka“. (QS. Faathir : 8)
Wasiat Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, berkaitan dengan ujub, beliau berkata : “Keburukan yang engkau lakukan ialah lebih baik dari pada kebaikan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang membuatmu berbangga hati”.
Barang kali Allah Subhanahu Wa Ta’ala membukakan pintu ketaatan, tetapi tidak membukakan bagimu pintu penerimaan amalan.
Barang kali, Allah Wa Ta’ala menakdirkan padamu kemaksiatan, tetapi hal itu menjadi sebab sampainya kamu kepadaNya.
Kemaksiatan yang menyebabkan dirimu terhina dan tercerai berai itu lebih baik dari pada ketaatan yang membuat dirimu bangga dan menyombongkan diri.
InsyaaAllah bermanfaat.
fimdalimunthe55@gmail.com
