Armuzna Menuju Haji Mabrur, Sekjen MUI: Siapkan Fisik, Mental dan Spiritualitas!

www.majelistabligh.id -

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. H. Amirsyah Tambunan, mengimbau para jemaah haji Indonesia untuk memusatkan perhatian penuh pada tahapan puncak ibadah haji, yakni prosesi Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina).

“Armuzna bukan sekadar tempat, tapi titik krusial dalam perjalanan spiritual menuju haji mabrur,” tegasnya saat mendampingi Amirul Hajj di Tanah Suci, hari ketiga, Selasa (3/6/2025).

Menurutnya, fokus dan kesiapan yang matang dari segi fisik, mental, dan spiritual menjadi kunci sukses dalam menghadapi tahapan yang cukup menguras tenaga tersebut.

“Armuzna adalah fase paling berat, tapi juga paling menentukan. Di sinilah jemaah benar-benar diuji kesabarannya,” jelasnya.

Apa Itu Armuzna? Secara sederhana, Armuzna merupakan singkatan dari Arafah, Muzdalifah, dan Mina—tiga lokasi penting yang menjadi inti rangkaian wajib dalam pelaksanaan ibadah haji. Ketiga tempat ini merupakan fase puncak, tempat wukuf, mabit, hingga melempar jumrah dilaksanakan.

Dr. Amirsyah menegaskan pentingnya persiapan menyeluruh yang meliputi:

1. Perlengkapan Ibadah
Seperti pakaian ihram, sabuk, gelang identitas, gelang maktab, dan dokumen pribadi lainnya.

2. Tas Paspor
Harus selalu dibawa, berisi dokumen penting seperti kartu kesehatan, buku doa, dompet, hingga obat-obatan pribadi.

3. Tas Tenteng
Untuk menyimpan kebutuhan harian seperti pakaian ganti, Al-Qur’an, alat komunikasi, dan perlengkapan pribadi lainnya.

“Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja jemaah tertinggal dari rombongan, dan itu tentu menyulitkan petugas. Kita ingin pelayanan optimal juga dibarengi dengan kesiapan pribadi jemaah,” imbuhnya.

Haji mabrur bukan hanya dinilai dari kelancaran ibadah, tetapi juga buahnya dalam kehidupan sosial. Rasulullah SAW bersabda:

“Haji mabrur tidak ada balasan lain kecuali surga.” Ditanya, “Apa tandanya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Memberi makan dan berkata dengan baik.” (HR Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi)

Dari hadis tersebut, ada dua indikator utama haji mabrur:

Pertama, kepedulian sosial: memberi makan, membantu sesama.

Kedua, kelembutan tutur kata: menjaga lisan, menebar keteduhan.

Jika setiap tahun lebih dari 200 ribu jemaah haji Indonesia pulang membawa semangat haji mabrur, Indonesia akan dipenuhi pribadi yang damai dan menyejukkan, menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing.

Bayangkan jika setiap haji mabrur menjadi pembawa pesan kebaikan, maka krisis moral, sosial, dan budaya di negeri itu bisa terurai satu demi satu. Bangsa Indonesia memerlukan pribadi yang bijak, peduli, santun, dan meneduhkan—citra ideal dari seorang haji mabrur sejati.

Mari kita sambut kepulangan para haji dengan doa dan harapan besar, agar kiprah mereka menjadi berkah bagi umat dan bangsa.
Semoga Allah SWT menerima seluruh ibadah para jemaah dan mengaruniakan predikat haji yang mabrur, amin, pungkasnya. (afifun nidlom)

 

Tinggalkan Balasan

Search