*)Oleh: Bahrus Surur-Iyunk
Penulis Buku Cendekiawan Melintas Batas, 70 Tahun Perjalanan Syafiq A. Mughni.
Cinta adalah konsep yang abstrak. Orang tidak bisa melihatnya secara wadag kasat mata. Namun, keabstrakannya dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata. Baru, cinta itu menjadi jelas di hadapan mata.
Begitu juga dengan mencintai Al-Qur’an. Tampak abstrak, tapi bisa dibuktikan. Salah satu bentuk cintanya dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu, pertama, Al-Qur’an harus selalu dibawa. Secara fisik, seseorang harus memiliki mushaf atau aplikasi Al-Qur’an di handphonenya. Secara simbolik, berarti Al-Qur’an harus selalu ada di hati dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Kedua, harus selalu membacanya. Ini dapat dilakukan dengan target khatam setahun sekali atau sebulan sekali. Dengan membaca satu juz sehari, seseorang dapat menyelesaikan Al-Qur’an dalam waktu sebulan. Caranya, dapat dilakukan dengan membaca dua lembar setelah salat atau dengan kiat dan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing orang.
Ketiga, menelaah dan mentadabburinya. Yaitu, dengan memahami makna dan hikmah di balik ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan menelaah dan mendalaminya, seseorang dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang Al-Qur’an dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat, mengamalkan sebagai petunjuk dan pegangan hidup. Artinya, menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan pegangan dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan dalam kehidupan.
Kelima, menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dan motivasi. Dengan membaca dan memahami Al-Quran, seseorang dapat memperoleh inspirasi dan motivasi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna. Pun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Dengan melakukan hal-hal di atas, setidaknya, seseorang dapat menunjukkan bahwa dirinya mencintai Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lamu. (*)
Alhamdulillah