Guru, Adakah yang Engkau Cari Selain Rida Allah

www.majelistabligh.id -

*)Oleh: M.Mahmud
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan

Kata-kata itu seolah mengandung gema muhasabah yang melintasi ruang batin: “Guru, adakah yang kau cari selain rida Allah?”—sebuah tanya sekaligus doa.

Hari – harimu dipenuhi jadual …
Rapat demi rapat, laporan demi laporan, supervisi menunggu.
Engkau sibuk… Sibuk membenahi madrasah / sekolah, sibuk membenahi kelas, sibuk memperjuangkan lembaga. Tapi di tengah kesibukan semua itu. Sempatkanlah duduk sebentar … Menutup mata, menarik napas, lalu bertanya pada dirimu.
“Adakah yang aku cari selain rida Allah?”

Sibukanlah mencari hal-hal yang bermanfaat untuk memajukan lembaga, tapi jangan lupakan menilai diri sendiri karena bisa jadi suatu saat kamu merasa lelah. Dan kelelahanmu bukan karena banyaknya kerja. Tapi karena jiwamu sudah menjauh dari niat yang murni

Lembaga memang butuh kerja keras, tapi lebih dari itu… Lembaga juga butuh orang yang jujur dan bersih niatnya.

Sibukanlah dirimu membangun madrasah/sekolah, tapi jangan lupa sampai hatimu hancur karena niat lain yang tak kau sadari

Jangan biarkan jiwamu jauh dari-Nya. Sebab tujuan dari segala perjuanganmu adalah menggapai Rida-Nya.

Ini bisa menjadi titik refleksi untuk setiap pendidik, pemimpin, bahkan orang tua:
• Apakah orientasi pengabdian kita murni karena Allah, atau telah terselip keinginan duniawi?
• Apakah kita mengajar untuk mencerdaskan ruh, bukan hanya pikiran?
• Apakah rida Allah benar-benar menjadi kiblat dalam desain pembelajaran, keputusan profesional, dan cara kita menyentuh hati para murid?

Cara menjaga niat murni dalam pengabdian:
Menjaga niat murni dalam pengabdian adalah perjalanan yang penuh keheningan dan kejujuran batin, sebuah praktik ruhani yang tidak selesai hanya dengan deklarasi, tetapi dipelihara melalui muhasabah dan mujahadah.

Berikut ini adalah kerangka reflektif dan praktis yang bisa membantu dalam menjaga kemurnian niat:

1. Tajdidun Niyyah – Menyegarkan Niat Secara Berkala
• Mulailah setiap langkah, proyek, atau interaksi dengan basmalah dan afirmasi niat: “Aku lakukan ini untuk mencari rida Allah.”
• Jadikan sujud syukur atau dzikir pendek sebagai pengingat transisi saat berpindah tugas.

2. Kenali Pemicu Pamrih dan Godaan Keinginan Dunia
• Refleksi: “Apa yang membuatku kecewa saat hasil tak terlihat?”
• Evaluasi: “Apakah aku lebih semangat jika diberi apresiasi atau pujian?”
• Amati: “Adakah dorongan untuk tampil, bukan untuk manfaat hakiki?”

3. Ciptakan Ruang Muhasabah Rutin
• Sediakan waktu mingguan untuk menulis jurnal niat: Apa yang berubah? Apa yang perlu dijernihkan?
• Gunakan pertanyaan pemantik seperti:
• “Apakah Allah ridho jika aku melanjutkan ini?”
• “Apakah aku sedang mengejar hasil atau keberkahan?”

4. Perkuat Koneksi Spiritual
• Rutin membaca doa penguat ikhlas, seperti doa Abu Umamah:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syirik yang aku sadari maupun yang tidak.”
• Tingkatkan hubungan dengan Al-Qur’an, khususnya ayat-ayat tentang niat dan keikhlasan.

5. Bentuk Komunitas Pengingat
• Bangun circle kecil bersama guru, sahabat, atau rekan sejalan untuk saling mengingatkan niat.
• Bisa menggunakan sesi tadabbur niat sebelum memulai program atau proyek.(*)

Tinggalkan Balasan

Search