Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, mengusulkan pendekatan berbasis filosofi sepak bola Eropa dalam mengelola Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA).
Filosofi ini menekankan sistem yang terstruktur, berbeda dengan gaya sepak bola Brasil atau Amerika Latin yang cenderung mengandalkan keterampilan individu tanpa pola permainan yang jelas.
“Sepak bola Brasil kini tertinggal karena masih memakai pola lama. Pemain dengan talenta tinggi sering menggocek bola terlalu lama, sehingga mudah direbut lawan. Berbeda dengan gaya Eropa yang berbasis sistem. Namun, sistem itu juga harus terus diperbarui,” ujar Haedar.
Pernyataan tersebut disampaikan pada acara Pembukaan Rakornas bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah di Jakarta, Jumat (17/1/2025).
Haedar menekankan pentingnya memperbarui sistem pengelolaan PTMA agar mampu menghadapi perkembangan zaman.
Kampus Muhammadiyah diharapkan tidak hanya mempertahankan sistem lama tetapi terus berinovasi demi meningkatkan peringkat, baik di level nasional maupun internasional.
Saat ini, jumlah perguruan tinggi Indonesia yang berhasil masuk dalam peringkat dunia masih sedikit.
Haedar menyoroti keberhasilan negara-negara seperti Brasil, Meksiko, Qatar, Arab Saudi, Korea Selatan, dan Hong Kong yang berhasil menempatkan perguruan tinggi mereka dalam posisi bergengsi di tingkat global.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pengurus Majelis Diktilitbang dan pimpinan PTMA atas dedikasi mereka, meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah mudah.
Haedar berharap PTMA terus meningkatkan kualitasnya sehingga lebih banyak kampus yang mencapai kategori unggul dengan daya saing tinggi.
“Jumlah PTMA kita harus tetap terjaga, tetapi kualitas juga harus semakin meningkat. Selain itu, kita perlu menambah jumlah kampus yang memiliki standar kualitas tinggi,” tambah Haedar.
Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Bambang Setiaji, turut menekankan perlunya PTMA menggunakan analisis cointegrasi dengan wawasan internasional untuk memetakan masa depan.
Ia mendorong PTMA untuk lebih terintegrasi, progresif, dan berorientasi pada strategi menyerang.
“Lebih baik kalah dengan menyerang daripada kalah hanya bertahan. Dengan menyerang, ada peluang untuk menang,” kata Bambang.
Rakornas yang berlangsung selama tiga hari di Grand Sahid Hotel Jakarta ini dihadiri oleh para rektor PTMA, jajaran pimpinan, dan perwakilan Badan Pengurus Harian (BPH) PTMA dari seluruh Indonesia. Acara ini dipandu oleh Unismuh Makassar sebagai tuan rumah. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News