Ilusi Mata pada Bencana di Sumatra

Warga berusaha menyelamatkan harta yang tersisa. (web)
*) Oleh : Chusnun Hadi
editor majelistabligh.id
www.majelistabligh.id -

Ilusi optik atau ilusi mata adalah fenomena di mana persepsi visual kita berbeda dari realitas fisik objek yang dilihat. Hal ini terjadi karena cara otak kita memproses informasi visual yang diterima dari mata, yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kontras, pencahayaan, dan pengalaman sebelumnya.

Ketika cahaya masuk ke mata, ia mengenai retina dan diubah menjadi impuls listrik yang dikirim ke otak. Otak kemudian memproses informasi tersebut berdasarkan pengalaman sebelumnya, kontras, pencahayaan, dan faktor lainnya. Namun proses ini tidak selalu akurat, sehingga menghasilkan persepsi yang berbeda dari realitas sebenarnya.

Salah satu jenis Ilusi mata adalah Ilusi Ambigu, dimana sebuah gambar dapat ditafsirkan dalam lebih dari satu arti. Otak kita beralih antara dua interpretasi karena ambiguitas visual dalam gambar tersebut. Ilusi ambigu adalah bagian dari ilusi optik kognitif. Ilusi tersebut secara otomatis membuat asumsi berdasarkan informasi yang dikirim dari mata. Ilusi ini kadang-kadang disebut “permainan pikiran”.

Dengan demikian, secara garis besar ilusi mata adalah sesuatu yang tidak nyata, atau hanya permainan pikiran saja dalam mengartikan sebuah gambar. Dengan demikian, ilusi seperti ini tidak bisa disimpulkan sebagai sebuah kebenaran. Sebab ada sisi ambiguitas di dalam gambar yang kita lihat.

Ilusi mata juga diperlihatkan oleh aktivitas figur-figur tertentu di daerah bencana Sumatra, baik yang terjadi di Aceh, Sumatra Barat dan Sumatra Utara. Mereka datang dengan mengucapkan rasa prihatin, bela sungkawa atas banyaknya korban, dan memberikan berbagai bantuan, baik makanan, obat-obatan, dan materi lainnya.

Mulai gubernur, walikota, dan para politikus datang di lokasi bencana dengan helikopter. Bantuan makanan pun banyak diberikan melalui lemparan dari atas helikopter, dengan alasan tidak bisa mendarat karena keterbatasan lokasi pendaratan, seperti tanah kurang keras, atau banyak kabel listrik yang justru membahayakan pendaratan helikopter.

Meskipun demikian, banyak juga politisi yang datang di lokasi bencana, ataupun di lokasi pengungsian. Mereka menunjukkan empatinya, menangis, menitikkan air mata, juga ikut mengepel lantai pengungsian yang terlihat kotor penuh lumpur.

Bahkan ada juga politisi yang menduplikasi sikap Umar Bin Khattab saat dirinya mendengar keluhan janda tua dengan anak-anaknya yang kelaparan. Umar memanggul sendiri gandum dari gudang negara. Saking beratnya gandum yang dipanggul serta jauhnya lokasi rumah janda tua, sampai kaki Umar seakan sulit melangkah.

Gambar-gambar politisi pun banyak menghiasi dunia maya dengan serangkaian aktivitasnya di lokasi bencana. Tetapi kita tidak tahu, apakah ini hanya sebuah ilusi optik atau ilusi mata. Dengan memahami ilusi optik, kita dapat lebih menyadari bagaimana otak kita memproses informasi visual, dan persepsi kita tidak selalu mencerminkan realitas. Hanya Allah yang tahu. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Search