Ira Puspadewi: Semoga Negeri ini Tak Lagi Menghukum Orang Baik

Ira Puspadewi
www.majelistabligh.id -

“Dulu saya meninggalkan gaji dolar dan kursi nyaman di luar negeri. Kini, saya dari dalam sel tahanan berdoa: Semoga negeri ini tak lagi menghukum orang baik.”

Itulah kalimat renungan dari Ira Puspadewi. Mantan Dirut PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang bergerak di bidang penyeberangan antar pulau. Ira Puspadewi telah divonis hukuman penjara 4 tahun 6 bulan, serta harus membayar denda Rp 500 juta subsider tiga bulan kurungan. Ira dituduh, atau lebih cenderung dikriminalisasi, dalam kasus Kerja Sama Usaha (KSU) dan akuisisi PT Jembatan Nusantara (PT JN) tahun 2019-2022.

Hari-harinya di penjara sambil menunggu vonis beberapa waktu lalu, Ira yang juga salah satu kader dan pengurus Muhammadiyah itu mencurahkan isi hatinya dalam pleidoi persidangan pada 6 November 2025 lalu. Sambil sesekali mengusap air mata, Ira bertutur:

“Aku pulang karena dipanggil negara. Tapi kini, negara menahanku”

“Aku lahir dari keluarga sederhana di Malang. Rumahku bocor, lantai tanah, atap menetes setiap kali hujan. Untuk sekolah aku sering tak punya uang untuk naik angkot.

Ayahku, anggota TNI AU, meninggal saat aku berusia 7 tahun. Ibuku pontang panting membesarkan 11 anak dengan satu pesan: Jujur dan disiplin sekolah, Nak. Kalau kamu berhenti belajar, mau jadi apa?

Dari kehidupan miskin itu, aku coba bangkit. Bersekolah hingga luar negeri. Dengan gelar MBA dari Asian Institute of Management, Filipina dan dapat gelar Doktor dari Universitas Indonesia.

Bekerja 17 tahun di perusahaan raksasa Amerika-GAP Inc. Hingga jadi Direktur Asia untuk merek GAP dan Banana Republic.

Tahun 2014, karirku sudah nyaman di luar negeri. Tapi Menteri BUMN waktu itu, Dahlan Iskan memintaku pulang. ‘Negeri ini butuh orang sepertimu’

Saya pulang tanpa ragu. Saya ingin menerapkan pengalaman dan profesionalitas kerja di luar negeri ke BUMN.

Di masa saya, alhamdulillah ASDP mecetak rekor laba tertinggi sepanjang sejarah. Tahun 2023 laba Rp637 miliar, setelah akuisisi  PT Jembatan Nusantara. Tahun 2021- laba Rp326,3 miliar, sebelum akuisisi.

Digitalisasi tiket di ASDP menyelamatkan uang negara Rp5-8 miliar perhari. Modernisasi pelabuhan, kantor dan layanan jadi bersih efisien. Gaji karyawan naik hingga 30-40 persen membuat ASDP tak lagi dipandang BUMN pinggiran.

Semua itu terjadi berkat kerja tim dan juga karena pada tahun 2022, ASDP mengakuisisi PT Jembatan Nusantara (JN). Sebuah langkah besar yang menaikkan pangsa pasar ASDP 40 persen. ASDP punya lintasan 311 lintasan kapal, dan bisa melayani jalur perintis ke pulau terpencil lebih baik. Menteri BUMN waktu itu, Erick Thohir bahkan menyebut, ‘ASDP kini operator Feri terbesar dunia.’

Tapi dua tahun kemudian, semuanya runtuh. Saya dan dua rekan direktur ASDP dikriminalisasi dengan tuduhan korupsi Rp1,25 triliun. Diseret, ditahan, dicap koruptor. Karena jaksa menggunakan, yang kata Prof. Rhenald Kasali, hitungan tukang besi rongsokan untuk valuasi PT JN, bukan hitungan bisnis riil. Padahal laporan BPK dan BPKP tidak ada kerugian negara. PPATK juga bilang tak ada aliran uang ke pribadi.

Saya tidak korupsi. Saya tidak memperkaya diri sendiri. Juga buat apa saya mengorbankan integritas untuk memperkaya orang lain? Saya hanya bekerja untuk kemajuan negeri ini.

Apakah Bangsa ini sudah lupa cara menghargai orang jujur? Apakah profesional yang berprestasi harus selalu dicurigai?” (*/chusnun hadi)

 

Tinggalkan Balasan

Search