Dalam praktik modern ada hukuman mati terjadwal dan teknologi USG atau ultrasonografi yang mampu mendeteksi jenis kelamin janin. Pertanyaannya, bagaimanakah batas pengetahuan manusia? Sedangkan al-Qur’an menyatakan bahwa manusia tidak mengetahui kapan ia meninggal dan apa yang ada dalam rahim.
Penjelasan berikut merujuk pada nash al-Qur’an dan pandangan ulama. Hanya Allah yang mengetahui secara mutlak. Allah SWT menegaskan bahwa ada lima perkara gaib yang tidak diketahui manusia secara pasti. Firman-Nya:
إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; Dia menurunkan hujan, mengetahui apa yang ada dalam rahim, dan tiada seorang pun mengetahui apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun mengetahui di bumi mana dia akan mati…” [QS. Luqman ayat 34]
Ayat ini dipertegas dengan firman-Nya:
اللهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَمَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ
“Allah mengetahui apa yang dikandung setiap perempuan, rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah…” [QS. Ar-Ra’d ayat: 8]
Maknanya jelas: pengetahuan pasti tentang hal-hal tersebut hanya milik Allah. Perkembangan ilmu pengetahuan memang memungkinkan manusia memprediksi peristiwa, termasuk: jadwal eksekusi hukuman mati, dan jenis kelamin janin melalui USG. Namun prediksi bukanlah kepastian mutlak. Ilmu manusia bersifat relatif (nisbi), tidak pernah mencapai tingkat absolut.
Para ilmuwan pun mengakui keterbatasan ini. Teori relativisme yang diperkenalkan Einstein selaras dengan konsep dalam Ilmu Tauhid: segala sesuatu selain Allah bersifat mumkin (relatif).
Allah SWT menegaskan:
وَاللهُ يَقْضِى بِاْلحَقِّ وَالَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لاَ يَقْضُوْنَ بِشَيْئٍ وَأَنَّ اللهَ هُوَ االسَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [QS. al-Mukmin ayat 20].
Dan firman Allah SWT:
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” [QS. al-Baqarah ayat 147].
Ini menunjukkan: kebenaran mutlak hanya berasal dari Allah. Memang benar manusia dapat menentukan tanggal dan jam eksekusi, tetapi itu tidak menjamin bahwa orang tersebut pasti mati pada waktu itu. Banyak terjadi: eksekusi ditunda, dibatalkan, atau terpidana meninggal sebelum eksekusi.
Allah berfirman:
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” [QS. al-Munafiqun ayat 11].
Dan firman Allah SWT:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُوْنَ
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” [QS. al-A‘raf ayat 34].
Betapa banyaknya suatu pelaksanaan hukuman mati tertunda atau tidak dapat dilaksanakan pada waktunya, karena ada saja halangan yang datang secara tiba-tiba, karena segala sesuatu hanyalah Allah yang memutuskan. Bahkan mungkin saja terjadi, seseorang terpidana mati yang telah ditetapkan waktu eksekusinya, mati terlebih dahulu sebelum tiba waktu eksekusi tersebut.
Ketika ajal datang, tidak ada satu makhluk pun yang bisa memajukan atau menangguhkannya. Segala sesuatu berada dalam kuasa-Nya:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” [QS. Yaasin ayat 82].
USG memberikan gambaran visual, namun tetap bukan pengetahuan absolut. Dokter hanya bisa menyimpulkan berdasarkan indikasi fisik, yang bisa saja berubah atau keliru.
Dr. Suprono (alm), ahli kebidanan UGM, pernah berkata dalam seminar: “Dalam laut dapat diukur, dalam perut wanita siapa tahu.” Ungkapan ini menggambarkan bahwa pengetahuan manusia, bahkan ahli sekalipun, tetap berada pada level kemungkinan, bukan kepastian. Inilah alasan mengapa al-Qur’an menegaskan bahwa pengetahuan tentang ajal dan rahim tetap berada di luar jangkauan manusia meski teknologi berkembang. (*)
