Jika Nabi Pun Bertobat Seratus Kali Sehari, Apalagi Kita?

*) Oleh : Ferry Is Mirza DM
www.majelistabligh.id -

Dari Agharr bin Yasar Al Muzani, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda:

”Hai sekalian manusia! Tobatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim)

Setiap muslim dan muslimah pernah berbuat salah, baik dia sebagai orang awam maupun seorang ustaz, dai, pendidik, kiai, atau pun ulama.

Karena itu, setiap orang tidak boleh lepas dari istighfar (minta ampun kepada Allah) dan selalu bertobat kepadaNya, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Setiap hari beliau shallallahu alaihi wasallam memohon ampun kepada Allah sebanyak seratus kali.

Bahkan dalam suatu hadis disebutkan, bahwa Rasulullah saw meminta ampun kepada Allah seratus kali dalam satu majelisnya

“Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata,” Kami pernah menghitung di satu majelis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa seratus kali beliau mengucapkan, ‘Ya Rabb-ku, ampunilah aku dan aku bertobat kepadaMu, sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang’.” (HR. At-Tirmidzi)

Jika seorang muslim dan muslimah pernah berbuat dosa-dosa besar atau dosa yang paling besar, maka segeralah bertaubat.

Tidak ada kata terlambat dalam masalah taubat, pintu taubat selalu terbuka sampai matahari terbit dari barat.

Dalam sebuah hadis dari Abu Musa ‘Abdullah bin Qais Al Asy’ari RA bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima tobat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Allah membuka tanganNya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari. Begitulah, hingga matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim)

Hadis ini dan hadis hadits yang lainnya menunjukkan, bahwasanya Allah Azza Wa Jalla senantiasa memberi ampunan di setiap waktu dan menerima tobat setiap saat.

Dia selalu mendengar suara istighfar dan mengetahui taubat hamba-Nya, kapan saja dan di mana saja.

Oleh karena itu, jika manusia mengabaikan perkara tobat ini dan lengah dalam menggunakan kesempatan untuk mencapai keselamatan, maka rahmat Allah nan luas itu akan berbalik menjadi malapetaka, kesedihan dan kepedihan di padang mahsyar.

Hal ini tak ubahnya seseorang yang sedang kehausan, padahal di hadapannya ada air bersih, namun ia tidak dapat menjamahnya, hingga datanglah maut menjemput sesudah merasakan penderitaan haus tersebut.

Begitulah gambaran orang- orang kafir dan orang orang yang durhaka. Pintu rahmat sebenarnya terbuka lebar, tetapi mereka enggan memasukinya. Jalan keselamatan sudah tersedia, namun mereka tetap berjalan di jalan kesesatan.

Dan apabila tanda-tanda Kiamat besar telah tampak, yakni matahari sudah terbit dari barat. Kematian sudah di ambang pintu, yakni nyawa sudah berada di tenggorokan, maka tobat tidak lagi diterima. Wal’iyadzubillah.

Setiap manusia pernah berbuat dosa dan kesalahan. Kita wajib bertobat dan meninggalkan semua sifat yang tercela. Bertaubat nowajib dengan segera, tidak boleh ditunda.

Beristighfar dan bertaubat itu hendaknya dilakukan dengan sungguh- nosungguh dan berusaha mengadakan ishlah (perbaikan).

Pintu tobat masih tetap terbuka siang dan malam. Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima taubat, apabila ruh sudah berada di tenggorokan, dan apabila matahari telah terbit dari barat (hari Kiamat).

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam setiap hari beristighfar dan bertobat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala cinta kepada orang-orang yang bertobat.

Allah Azza Wa Jalla berfirman :

“Tobat itu bukanlah bagi orang-orang yang berbuat kemaksiatan, sehingga apabila kematian telah datang kepada seseorang di antara mereka lalu ia berkata: “Sungguh sekarang ini aku taubat” dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati dalam keadaan kafir. Bagi mereka Kami sediakan siksa yang pedih”. (QS. An Nisa` : 18)

Allah Azza wa Jalla berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (tobat yang semurni murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami Budan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim : 8)

Allah Azza Wa Jalla berfirman :

“Kecuali orang-orang yang bertaubat beriman dan beramal shalih, maka Allah akan ganti kejahatan mereka dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqan : 70). (*)

Tinggalkan Balasan

Search