Dalam rangkaian Turnamen Nasional I Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), panitia tidak hanya memprioritaskan jalannya kompetisi, tetapi juga memperhatikan keselamatan dan kesehatan para atlet dengan menyediakan fasilitas medis yang memadai.
Turnamen yang diikuti oleh sekitar 1.000 atlet dari berbagai daerah ini diselenggarakan di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS.
Salsabila Nafisah, mahasiswa Kesehatan Masyarakat UMS angkatan 2024 yang juga bagian dari panitia acara, mengungkapkan bahwa demi memberikan pelayanan medis terbaik kepada para atlet, panitia berkolaborasi dengan BPJS Kesehatan.
“Kami bekerja sama dengan BPJS serta RS Karima, yang merupakan rumah sakit spesialis ortopedi. Selain itu, kami juga melibatkan dua dokter, tenaga medis dari Muhammadiyah Medical Center (MMC) UMS, serta dukungan dari komunitas fisioterapi yang sudah berpengalaman menangani atlet,” ujar Salsabila pada Rabu (29/1/2025).
Pada hari pertama turnamen, dua atlet mengalami cedera parah dan harus segera dibawa ke RS Karima. Salah satunya mengalami patah tulang di leher, yang menyebabkan penurunan saturasi oksigen dan denyut nadi.
Setelah pertolongan pertama, atlet tersebut dirujuk ke RS Wonogiri sesuai permintaan keluarga. Selain itu, seorang peserta lainnya mengalami patah tulang pada tangan dan telah mendapat perawatan medis.
Salsabila juga menyebutkan adanya atlet dengan riwayat asma kronis yang tetap melanjutkan pertandingan meski kondisi fisiknya kurang mendukung.
Hal ini menunjukkan pentingnya bagi atlet untuk lebih memahami kondisi tubuh mereka agar tidak membahayakan diri sendiri.
Menurut Fernanda Tresha Safitri, S.Kep., perawat dari MMC, kerja sama antara MMC dan panitia berjalan lancar.

“Keberadaan tenaga medis sangat penting dalam pertandingan seperti ini, karena dengan kecepatan dan ketepatan penanganan pertama, kami dapat memberikan bantuan yang diperlukan,” tambahnya.
Selain MMC, tenaga medis dari Puskesmas Sambungmacan dan fisioterapis dari Fakultas Ilmu Kesehatan UMS juga ikut serta dalam mendukung turnamen ini.
Fernanda mengungkapkan bahwa sebagian besar cedera yang terjadi adalah luka ringan dan syok setelah terkena pukulan.
“Syukurlah, hingga hari ini cedera masih bisa ditangani di lokasi. Beberapa atlet juga mengalami sesak napas akibat tekanan mental, terutama setelah kalah dalam pertandingan,” ujarnya.
Sementara itu, Rahma Septiara, S.Kes., mahasiswa fisioterapi UMS, menjelaskan bahwa cedera ringan seperti keseleo pergelangan kaki dan sesak napas mendominasi.
“Kami memberikan penanganan pertama melalui terapi ringan agar atlet dapat segera kembali bertanding,” jelasnya.
Panitia dan tenaga medis berharap agar para atlet lebih memperhatikan kondisi kesehatan mereka sebelum bertanding.
Dengan adanya fasilitas medis yang lengkap dan dukungan berbagai pihak, diharapkan turnamen ini dapat menjadi contoh bagi event olahraga lainnya baik di lingkungan Muhammadiyah maupun di tingkat nasional. (fika/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News