Kekafiran: Memilih Kehancuran Daripada Menerima Islam  

www.majelistabligh.id -

*)Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Kekafiran merupakan sikap terbuka untuk menolak Islam. Meskipun di hadapannya ada bukti kebenaran, mereka tetap akan menolaknya. Sikap mereka pun selalu menolak setiap ayat-ayat yang sampai kepadanya. Bahkan Al-Qur’an mengabadikan sumpah mereka untuk melakukan perlawanan. Mereka rela mati dan siap menghadapi siksaan berat daripada harus menerima Islam.

Apa yang ditunjukkan Fir’aun terhadap ajakan Nabi Musa merupakan contoh bentuk sikap orang kafir. Berbagai bukti kebenaran sudah dilihatnya, tetapi sikapnya semakin keras. Dia pun berupaya membunuh Nabi Musa dan pengikutnya. Sikap sombong dan keras kepala untuk menolak kebenaran Islam terus ditunjukkan. Bahkan mereka menantang untuk didatangkan adzab. Allah pun mengabulkan permintaannya dengan mengciptakan hukum yang amat pedih dengan disertai penghinaan.

Sikap kekafiran

Allah mengutus rasul untuk membimbing manusia untuk mengenal-Nya. Hal ini sebagai bentuk kasih sayang dan rahmat terhadap hamba-Nya. Rasul pun membacakan ayat-ayat Allah dengan menjelaskan secara gamblang. Rasul berharap manusia mengenal Tuhannya sebagai pencipta alam semesta, serta mengenalkan bagaimana sifat-sifat serta keagungan-Nya.

Rasul yang didatangkan kepada suatu komunitas dikenal dengan baik mulai nasab pribadi, keluarga dan kepribadiannya. Rasul itu menyatakan secara terbuka bahwa dirinya utusan Allah, dan memperkenalkan sifat-sifat Allah. Setelah memperkenalkan Allah dengan berbagai keagungan-Nya, serta kontribusi yang besar, manusia diharapkan menyembah-Nya tanpa menduakan dengan yang lain.

Namun watak mendasar orang kafir yang senantiasa menolak apa yang sampai kepadanya. Berbagai penjelasan berupa ayat-ayat Allah bukan  melembutkan hati, tetapi justru membuatnya semakin keras penolakannya. Bahkan mereka menuduh utusan Allah sebagai pembawa dongeng masa lalu. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

وَإِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُنَا قَالُواْ قَدۡ سَمِعۡنَا لَوۡ نَشَآءُ لَقُلۡنَا مِثۡلَ هَٰذَآ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ

Artinya:

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala”. (QS. Al-‘Anfāl : 31)

Tuduhan terhadap rasul sebagai pendusta dan pembawa berita bohong terus mereka sebarkan. Berbagai bukti kebenaran bahwa dirinya seorang rasul pun didustakan. Bahkan mereka bersumpah tidak akan menerimanya, meskipun harus menerima resiko berupa siksaan yang pedih. Hal ini dinarasikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

وَإِذۡ قَالُواْ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلۡحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمۡطِرۡ عَلَيۡنَا حِجَارَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئۡتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٖ

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah, jika betul (Al-Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih”. (QS. Al-‘Anfāl : 32)

Sikap keras kepala menolak kebenaran dan memilih binasa merupakan bentuk kesombongan. Hal ini justru bertentangan dengan akal sehat. Kalau akal manusia sehat pasti akan memilih kebenaran ketika terbukti benar. Namun karena gengsi dan sombong, maka kekafiran membentuk pola sikap yang berbeda. Memilih kebinasaan daripada harus menerima kebenaran juga dinarasikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

 

فَأَسۡقِطۡ عَلَيۡنَا كِسَفٗا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ

Artinya:

Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (QS. Asy-Syu`arā : 187)

Semua risalah yang disampaikan oleh para rasul selalu berhadapan dengan orang-orang yang keras kepala. Akal sehatnya tertutupi oleh keangkuhan dan kesombongan. Hal inilah yang membuat mereka memilih jalan kebinasaan daripada harus menerima Islam.

Apa yang terjadi di Palestina menjadi jawaban, mengapa dunia Barat masih mendukung Israel dan tidak berani mengecamnya. Jelas sekali ada genocida secara terang-terangan. Anak-anak dan orang tua dibunuh secara sadis. Berbagai fasilitas umum dibumihanguskan, tetapi tidak terjadi pembelaan atau upaya pembebasan dari penderitaan warga Gaza.

Al-Qur’an telah memberi jawaban, bahwa mereka yang membiarkan Israel membiarkan aksi pembunuhan massal terhadap rakyat Palestina secara terus menerus. Mereka memilih membiarkan warga muslim Palestina harus menderita. Pembiaran penderitaan terhadap warga Gaza tidak lain karena dunia Barat lebih memilih reputasinya buruk daripada harus membela Palestina dan mengecam Israel.

Islam benar-benar menjadi musuh bersama (common enemy). Mata hati mereka dibutakan oleh spirit untuk memadamkan cahaya Islam. Meskipun warga mereka secara massif  mengecam dan mengutuk Israel, serta banyak yang bersimpati pada warga Palestina, Namun  elite negara Barat tetap berdiri kokoh memback up Israel.

Mereka memilih citranya hancur daripada harus bersimpati pada Palestina. Itulah sikap orang-orang kafir sebagaimana yang digambarkan Al-Qur’an bahwa mereka siap dihujat setiap saat dan rela negaranya dikecam seluruh dunia daripada mendukung kemerdekaan Palestina. Mendukung kemerdekaan Palestina sama saja memberi ruang hidupnya Islam di kawasan yang selama ini mereka perangi. Oleh karenanya, mereka rela negaranya hancur daripada harus mengecam Israel dan bersimpati kepada rakyat Palestina. (*)

Surabaya, 6 Mei 2025

Tinggalkan Balasan

Search