Kepedulian Pada Orang Lain dan Datangnya Pertolongan Allah

*) Oleh : Dr. Slamet Muliono Redjosari
Wakil Ketua Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Jatim
www.majelistabligh.id -

Peduli terhadap kesulitan yang dihadapi orang lain bukan hanya memecahkan problem, tetapi mendatangkan berbagai kebaikan bagi mereka yang peduli. Nabi Musa layak dijadikan contoh terbaik untuk menggambarkan kepeduliannya kepada kesulitan yang dialami dua perempuan. Dua Perempuan itu mengalami kesulitan dalam mengambil air di tengah-tengah ketidakpedulian para lelaki yang berkerumun untuk menyelesaikan urusannya masing-masing.

Melihat kesulitan itu, Nabi Musa langsung bertindak membantunya sehingga dua perempuan itu terselesaikan urusannya tanpa meminta tolong. Atas kebaikan itu, maka Allah menurunkan Rahmat-Nya dengan membalas kebaikan Nabi Musa dengan berbagai kenikmatan yang tak pernah diduganya.

Kepedulian Musa

Al-Qur’an menggambarkan bahwa kepedulian hamba kepada sesamanya tidak akan sia-sia di mata Allah. Allah mendatangkan kemurahan-Nya dengan memberikan berbagai kebaikan atas hamba-Nya yang berbuat baik dan peduli kepada orang lain. Nabi Musa yang mengalami kekhawatiran dan kesulitan hidup masih berupaya untuk mengentaskan kesulitan orang lain.

Setelah mengalami pelarian yang jauh dan melelahkan, karena membunuh secara tidak sengaja terhadap pemuda Mesir, Nabi Musa pun tiba di suatu tempat yang tak dikenalnya. Dia melihat pemandangan yang aneh dimana dua perempuan antri air untuk hewan ternaknya. Alih-alih mendapatkan prioritas mengakses air, dua perempuan itu mengalami kesulitan mengambil air. Para lelaki tidak berempati mendahulukan dan membantunya. Dalam keadaan seperti ini, Nabi Musa bangkit untuk membantu kesulitan yang dialami dua perempuan itu, tanpa ada permintaan.

Nabi Musa tergerak dari dalam dirinya untuk menolongnya. Nabi Musa merasakan begitu lemah dan kasihannya dua perempuan itu. Nabi Musa pun bergerak menolongnya tanpa ada motif terselubung. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

وَلَـمَّا وَرَدَ مَآءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ اُمَّةً مِّنَ النَّا سِ يَسْقُوْنَ ۖ وَوَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمُ امْرَاَ تَيْنِ تَذُوْدٰنِ ۚ قَا لَ مَا خَطْبُكُمَا ۗ قَا لَـتَا لَا نَسْقِيْ حَتّٰى يُصْدِرَ الرِّعَآءُ وَاَ بُوْنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ

“Dan ketika dia sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan sedang menghambat (ternaknya). Dia (Musa) berkata, ‘Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?’ Kedua (perempuan) itu menjawab, ‘Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya.” (QS. Al-Qasas : 23)

Nabi Musa menunjukkan empati tinggi tanpa meminta imbalan dari mereka yang ditolongnya. Bahkan Nabi Musa segera menyingkir untuk memohon kepada Allah atas kesulitan yang dihadapinya. Nabi Musa memohon kepada sang pemberi kehidupan untuk memahami kesulitannya. Al-Qur’an menggambarkan hal itu sebagaimana firman-Nya :

فَسَقٰى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلّٰۤى اِلَى الظِّلِّ فَقَا لَ رَبِّ اِنِّيْ لِمَاۤ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ

“Maka dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.’ (QS. Al-Qasas : 24)

Empati Nabi Musa terlihat di atas rata-rata karena berinvestasi berbuat baik dengan penuh keikhlasan. Di sinilah bantuan Allah datang. Kecerdasannya sangat jelas, dimana dengan cekatan, langsung bertindak mengeluarkan tenaganya untuk berbuat baik.

Balasan Allah

Atas perbuatan baiknya, Allah membalas dengan cepat atas perbuatan hamba-Nya. Kegelisahan Nabi Musa pun hilang dan doanya terkabul. Kegelisahan dan kekhawatiran dikejar Fir’aun, atas tindakan pembunuhan terhadap pemuda Mesir, langsung hilang. Pembalasan Allah bersifat kontan.

Setelah menolong kesulitan yang dihadapi dua perempuan itu, maka salah satu perempuan itu datang menemui Nabi Musa dan mengundangnya ke rumah atas permintaannya bapaknya. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

فَجَآءَتْهُ اِحْدٰٮہُمَا تَمْشِيْ عَلَى اسْتِحْيَآءٍ ۖ قَا لَتْ اِنَّ اَبِيْ يَدْعُوْكَ لِيَجْزِيَكَ اَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَـنَا ۗ فَلَمَّا جَآءَهٗ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ ۙ قَا لَ لَا تَخَفْ ۗ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ

“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, ‘Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikanmu memberi minum ternak) kami.’ Ketika (Musa) mendatangi ayah wanita itu (Syeikh Madyan) dan dia (Syeikh Madyan) menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia berkata, ‘Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” (QS. Al-Qasas : 25)

Undangan itu sebagai hadiah dari Allah atas kepedulian Nabi Musa terhadap kesulitan dua perempuan tadi.  Bahkan Allah melanjutkan kenikmatan  yang diterima Nabi Musa dengan mendapatkan jaminan keamanan, serta mendapatkan tawaran jodoh dari sang bapak untuk menikahi salah satu anak perempuannya. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

قَا لَ اِنِّيْۤ اُرِيْدُ اَنْ اُنْكِحَكَ اِحْدَى ابْنَتَيَّ هٰتَيْنِ عَلٰۤى اَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍ ۚ فَاِ نْ اَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ ۚ وَمَاۤ اُرِيْدُ اَنْ اَشُقَّ عَلَيْكَ ۗ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Dia (Syeikh Madyan) berkata, ‘Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik.” (QS. Al-Qasas : 27)

Kepedulian kepada orang lain yang direpresentasikan Nabi Musa layak untuk dijadikan model dalam sikap mulia seorang pemuda. Sosok peduli kepada kesulitan orang lain, serta ingin membantunya merupakan titik tolak munculnya berbagai buah kenikmatan. Hanya dengan membantu mengambilkan air, kemudian bersandar kepada Allah, benar-benar mendatangkan berbagai kebaikan. Hingga pada akhirnya Allah mengangkatnya sebagai nabi dan rasul.

Surabaya, 27 Nopember 2025

Tinggalkan Balasan

Search