Sahabat Muslim yang dirahmati Allah SWT,
Setiap manusia pasti mendambakan ketenangan dalam hidupnya. Banyak orang mencarinya di berbagai tempat; ada yang mencarinya lewat harta, jabatan, atau bahkan hiburan duniawi.
Namun, sering kali ketenangan itu justru sulit ditemukan. Hati tetap gelisah, pikiran tetap resah.
Padahal, bagi orang-orang beriman, Allah SWT telah menjanjikan satu anugerah yang sangat berharga: ketenteraman hati.
Bukan ketenangan semu yang bergantung pada dunia, tetapi ketenteraman yang datang langsung dari Allah SWT.
Allah menegaskan janji ini dalam Surah Al-Fath ayat 4:
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi, dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa ketenangan hati hanyalah milik orang beriman. Ketika keimanan menghiasi hati, lalu iman itu membimbing kita untuk beramal saleh, maka Allah SWT akan menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam jiwa.
Dari ketenangan itu lahirlah kedamaian batin, kesabaran menghadapi ujian, dan kekuatan untuk tetap tegar dalam kebaikan.
Sahabat Muslim yang dirahmati Allah,
Coba kita renungkan, sudahkah ketenangan itu kita miliki?
Pertanyaan ini sederhana, tetapi mampu mengetuk hati. Jika kita menjawab “sudah ada”, mari kita jujur: bukankah sering kali saat menghadapi masalah, kita tetap mudah mengeluh?
Tugas kantor yang menumpuk, urusan tetangga yang tak kunjung rukun, atau masalah keluarga yang melelahkan hati—semua itu terkadang membuat kita goyah dan gelisah. Lalu di mana letak ketenangan yang dijanjikan Allah itu?
Sebaliknya, jika kita menjawab “belum ada”, bukankah kita selama ini merasa sebagai orang beriman? Kita salat, kita berpuasa, bahkan mungkin rajin mengaji. Mengapa hati kita masih belum tenang?
Di sinilah kita perlu jujur menilai diri sendiri. Ada beberapa kemungkinan yang membuat ketenangan itu belum hadir dalam hidup kita:
Keimanan kita baru sebatas lisan, belum sepenuh hati.
Keyakinan sejati adalah pekerjaan hati. Jika iman hanya berhenti di bibir, tanpa menembus hati, maka ia belum mampu menumbuhkan ketenangan.
Keimanan kita belum membimbing perilaku.
Iman yang tidak melahirkan amal saleh tidak akan menurunkan sakinah. Akibatnya, ketika menghadapi masalah, nafsu yang memimpin, bukan iman. Jika nafsu yang berperan, kehidupan menjadi kacau; tetapi jika iman yang memimpin, hati akan tenang dan hidup terarah menuju takwa.
Sahabat Muslim,
Ketenteraman hati bukan datang tiba-tiba. Ia lahir dari iman yang kuat, amal saleh yang konsisten, dan hati yang selalu dekat dengan Allah. Semakin kita mengingat-Nya, semakin tenang jiwa kita, sebagaimana firman-Nya:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Maka, jika kita ingin meraih ketenangan yang dijanjikan Allah, mari kita perbaiki iman kita, jaga hati kita dari kelalaian, dan perbanyak amal saleh.
Jadikan zikir dan doa sebagai penguat hati, dan mohonlah kepada Allah agar Dia menurunkan sakinah-Nya dalam hidup kita.
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba yang dianugerahi hati yang tenang, yang mampu menghadapi setiap ujian kehidupan dengan sabar, syukur, dan penuh keyakinan kepada Allah SWT.
Wallahu a’lam bish-shawab. (*)
