Ketika Simbol Kemuliaan Dihinakan

Ketika Simbol Kemuliaan Dihinakan
*) Oleh : Dr. Slamet Muliono Redjosari

Al-Qur’an berulang kali mengingatkan manusia untuk merenungkan akibat buruk dari pendustaan terhadap simbol atau nilai kemuliaan dari Al-Qur’an.  Dalam banyak kisah umat terdahulu, diceritakan bagaimana kaum yang menolak kebenaran dan menyombongkan diri akhirnya mengalami kehancuran.

Perilaku buruk mereka, ketika ayat-ayat Allah datang kepada mereka, baik melalui para rasul maupun tanda-tanda kebesaran-Nya, justru menolak dengan angkuh, menganggapnya sebagai kebohongan. Mereka berpaling dari petunjuk yang benar. Kesombongan mereka tidak hanya menutup hati dari kebenaran, tetapi juga mendatangkan kepada kehancuran dunia dan azab akhirat.

Mendustakan Ayat-Ayat Allah

Berulangkali kaum muslimin diperintahkan untuk melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan nilai-nilai kebenaran.  Dalam sejarah, umat seperti kaum ‘Ad, Tsamud, dan Fir’aun adalah bukti nyata bagaimana kesombongan dan penolakan terhadap wahyu Allah berujung pada kehancuran total. Ini menjadi peringatan bagi generasi setelahnya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Ayat-ayat yang berbicara tentang hal ini menegaskan bahwa mereka yang menolak kebenaran tidak akan menemukan jalan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.  Hanya mereka yang tunduk dan menerima petunjuk-Nya yang akan memperoleh kebahagiaan sejati. Perintah melihat kesudahan pata penentang kebenaran itu diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ ٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ

Katakanlah, “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu”. (QS. Al-‘An`ām : 11 )

Salah satu bentuk pendustaan dengan upaya menghalangi manusia dari mendengar dan memahami ayat-ayat Allah. Mereka menyebarkan keraguan, menciptakan kebohongan, dan berusaha memadamkan cahaya petunjuk yang dibawa oleh wahyu Ilahi. Mereka takut jika manusia mendengar kebenaran, hati mereka akan tersentuh, dan akhirnya beriman kepada Allah.

Namun, upaya mereka justru menjadi sebab kehancuran mereka sendiri. Semakin mereka menolak dan memerangi Al-Qur’an, semakin tampak kebenarannya bagi orang-orang yang berpikir. Kebohongan yang mereka sebarkan tak mampu membendung cahaya kebenaran. Sejarah telah mencatat bagaimana mereka yang bersikeras menolak Al-Qur’an akhirnya binasa dalam kesesatan dan kehancuran.

Padahal, Al-Qur’an diturunkan bukan untuk menyesatkan manusia, melainkan untuk menata kehidupan dengan kebaikan dan keadilan. Ia datang sebagai pedoman yang membawa cahaya bagi hati yang gelap, mengajarkan nilai-nilai kasih sayang, kejujuran, dan kebijaksanaan.

Namun, orang-orang yang sombong menutup diri dari kebenaran itu, sehingga mereka semakin jauh dari petunjuk dan terperosok dalam kebinasaan yang mereka buat sendiri. Maka, bagi mereka yang berusaha memadamkan cahaya Allah, Al-Qur’an tetap akan bersinar, mengantarkan manusia kepada kebahagiaan sejati.

Sementara itu, orang-orang yang menolak dan menghalangi kebenaran tidak akan menemukan kedamaian, baik di dunia maupun di akhirat. Upaya jahat ini diabadikan Al-Qur;an sebagaimana firman-Nya :

وَهُمۡ يَنۡهَوۡنَ عَنۡهُ وَيَنۡـَٔوۡنَ عَنۡهُ ۖ وَإِن يُهۡلِكُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ

Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quran dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari. (QS. Al-‘An`ām : 26)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *