Ketika Status Menjadi Keluhan, Lupa Ada Allah yang Maha Mendengar

*) Oleh : Dr. Ajang Kusmana
Staf Pengajar AIK Universitas muhammadiyah Malang (UMM)
www.majelistabligh.id -

Fenomena yang sering terjadi sekarang adalah banyak orang yang mengeluhkan problemnya kepada orang lain, bahkan terkadang keluhan tersebut mereka cantumkan dalam status Facebook mereka, atau WhatsApp atau Twitter.

Mereka terkadang melakukan demikian karena mengharapkan belas kasih dari sahabat-sahabat mereka yang membaca status mereka tersebut.

Mereka mengeluhkan kondisi mereka, kemiskinan mereka, kesulitan yang mereka hadapi kepada orang lain.

Bahkan diantara mereka tidak jarang yang mengeluh sambil menunjukkan “nada protes” dengan keputusan Allah yang Allah takdirkan kepadanya.

Seorang kaum salaf tatkala melihat ada seseorang yang mengeluhkan kondisinya kepada orang lain maka ia berkata :

وَإِذَا شَكَوْتَ إِلَى ابْنِ آدَمَ إِنَّمَا … تَشْكُو الرَّحِيْمَ إِلَى الَّذِي لاَ يَرْحَمُ

“Jika engkau mengeluhkan (kondisimu) kepada anak Adam maka sesungguhnya. Engkau sedang mengeluhkan Allah Yang Maha Penyayang kepada anak Adam yang bukan penyayang.”

Sesungguhnya mengeluh ada tiga tingkatan:

Pertama, seseorang mengeluh kepada Allah tentang dirinya sendiri. Ia merasa bahwa segala kondisi buruk yang menimpanya adalah karena dirinya sendiri, seraya mengingat firman Allah :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS Asy-Syuuroo : 30)

وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

“Dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS An-Nisaa’ : 79)

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. (QS Aali ‘Imroon : 165)

Ini adalah keluhan yang terbaik, yang muncul dari seseorang yang mengenal hakikat dirinya dan mengakui keagungan dan keadilan Allah.

Kedua, seseorang mengeluh kepada Allah tentang kondisi orang lain, atau tentang sikap buruk orang lain kepadanya. Ini adalah bentuk keluhan yang tengah.

Ketiga, seseorang yang mengeluhkan kepada orang lain (makhluk) tentang keputusan Allah. Dan ini merupakan bentuk keluhan yang terburuk. (Lihat Al-Fawaaid li Ibnil Qoyyim hal 87-89).

Mengeluh kepada Allah meskipun pada perkara yang dianggap sepele. Allah adalah Pencipta yang suka jika hamba-Nya mengeluh dengan berdoa kepadanya seraya menunjukkan kelemahan, kehinaan, dan ketidak mampuan sang hamba di hadapan-Nya.

اللهَ يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ …

“Allah marah jika engkau tidak meminta kepada-Nya…”

Seseorang disukai untuk mengeluhkan segala keluh kesahnya, bahkan dalam hal-hal yang menurutnya sepele.

Sungguh tidak pantas bagi kita untuk mengadukan berbagai permasalahan hidup pada manusia, sementara kita tidak pernah mengadukannya kepada Allah ta’ala.

Kesempitan rizki kita, jodoh yang tak kunjung datang, momongan yang tak kunjung diberi, dan permasalahan-permasalahan lainnya.

Padahal Allah Ta’ala senang jika hambanya mengadukan seluruh permasalahan kepada-Nya. Ia pasti mengabulkan doa seorang hamba, apa lagi dilakukan setelah tahajjud pada sepertiga malam akhir.

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ فِى اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

“Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya.” (HR. Muslim no. 757)

Bahkan di sepertiga malam akhir, Allah ta’ala turun ke langit dunia untuk mendengarkan do’a hamba-hambanya yang mau tahajjud. Rasulullallah sallallahu alaihi wasallam sebutkan dalam hadist ;

يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari no. 6321 dan Muslim no. 758).

Pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang yang melakukan meditasi dan relaksasi.

Tahajud juga sebagai obat hati dari berbagai penyakit-penyakit yang menjangkiti. Sebab shalat sunah yang ditunaikan di keheningan malam, akan mengantarkan orang yang menunaikannya menjadi lebih dekat dengan Allah ta’ala. Hati yang dekat dengan Allah adalah hati yang damai dan tenang.

Rahasia malam bagi orang-orang beriman tak sekedar terletak pada sumber energi kehidupan lahiriyahnya. Dengan tidur nyenyak atau istirahat panjangnya.

Rahasia malam adalah rahasia tentang bagaimana sebuah kehidupan mengambil sumber kekuatannya yang maha dahsyat.

Sebab, pada setiap sepertiga malam terakhir, Allah SWT turun ke langit bumi lalu memberi kesempatan kepada hamba-hamba-Nya, untuk memohon dan mengadu dalam kesendirian yang murni, berdua dengan-Nya. (*)

Tinggalkan Balasan

Search