اَلْحَمْدُ ِلِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ بِنِعْمَتِهِ، اَلْمَعْبُوْدِ بِرَحْمَتِهِ، اَلْمُطَاعِ بِسُلْطَا نِهِ، اَلْمَرْهُوْبِ مِنْ عَذَابِهِ وَسَطْوَتِهِ، اَلنَّافِذِ أَمْرِهِ فِيْ سَمَائِهِ وَأَرْضِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan sesama. Seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat lainnya.
Masing-masing dengan memelihara hak dan kehormatan baik dengan sesama muslim maupun dengan non-muslim.
Dalam hubungan ketetanggaan, bahkan Islam memberikan perhatian sampai ke area 40 rumah, yang dikategorikan sebagai tetangga yang harus dipelihara hak-haknya.
Dikisahkan dalam riwayat shahih Muslim:
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حُوسِبَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَلَمْ يُوجَدْ لَهُ مِنْ الْخَيْرِ شَيْءٌ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَكَانَ مُوسِرًا فَكَانَ يَأْمُرُ غِلْمَانَهُ أَنْ يَتَجَاوَزُوا عَنْ الْمُعْسِرِ. قَالَ: قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: نَحْنُ أَحَقُّ بِذَلِكَ مِنْهُ تَجَاوَزُوا عَنْهُ
Dari Abu Mas’ud dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dahulu ada seseorang sebelum kalian dihisab, ternyata tidak didapati padanya kebaikan sedikitpun, kecuali keadaan dia bersosialisasi dengan manusia, ia suka memudahkan setiap urusan, ia menyuruh pelayannya untuk menangguhkan bagi orang yang kesusahan.” Beliau melanjutkan: “Lalu Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kami lebih berhak atas hal itu daripada dia, oleh karena itu berilah kemudahan kepadanya’.” (HR. Muslim no. 2921, Tirmidzi no. 1228, Ahmad no. 16464).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dari hadits di atas, kita dapat mengambil pelajaran, bahwa berinteraksi secara sosial dalam hidup bermasyarakat itu amal kebajikan.
Bila melakukannya semata-mata didasari kebaikan. Karena hidup bermasyarakat itu tidak mudah, harus memiliki kesabaran dan etika yang harus ditegakkan.
Nabi Muhammad saw bersabda:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَلْمُسْلِمُ إِذَا كَانَ مُخَالِطًا النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنْ الْمُسْلِمِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Jika seorang muslim bergaul (berinteraksi sosial) dengan orang lain dan bersabar atas gangguan mereka, adalah lebih baik daripada seorang muslim yang tidak bergaul (tidak berinteraksi sosial) dengan orang lain dan tidak bersabar atas gangguan mereka.” (HR. at-Tirmidzi no. 2431).