اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ نَصْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةُ الْمُجَاهِدِيْنَ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الرَّسُوْلِ الْآمِيْنِ، وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ مِنَ الْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرِيْنَ وَمَنْ اتَّبَعَهُمْ مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ. (سبأ\34: 15)
Jamaah Jumat rahimakumullah
Ramadan sebagai bulan penuh berkah, maka setiap muslim selayaknya berlomba-lomba mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah dan amal saleh.
Namun, agar ibadah kita benar-benar bernilai di sisi Allah, ada satu hal yang harus menjadi dasar dari semua yang kita lakukan, yaitu tauhid, dimana keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan segala ibadah harus ditujukan kepada-Nya semata.
Dengan tauhid yang kokoh maka seorang muslim akan memakmurkan Ramadhan secara maksimal.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Manusia diciptakan dengan tujuan tunggal, yakni mengagungkan dan menyembah hanya kepada Allah. Bukan tujuan lain sebagaimana dipahami oleh Sebagian besar manausia. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat : 56)
Dengan memahami ayat ini, kita menyadari bahwa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi lebih dari itu.
Ini kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah, menyembah-Nya dengan ikhlas, dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan.
Allah juga mengingatkan bahwa menyekutukan-Nya adalah dosa terbesar yang tidak akan diampuni kecuali dengan taubat:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa : 48)
Artinya, dalam menjalankan Ramadhan, kita harus berhati-hati agar tidak melakukan sesuatu yang bisa merusak tauhid, seperti beribadah karena ingin dipuji orang lain (riya’), menggantungkan harapan kepada selain Allah, atau percaya pada hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Keimanan yang benar juga harus diwujudkan dalam perbuatan.
Allah SWT berfirman:
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-Asr: 3)