Kisah Inspiratif Nabi Ayub

Kisah Inspiratif Nabi Ayub

Sebelum musibah menimpa, Nabi Ayub hidup dengan harta yang berlimpah, banyak anak, serta memiliki banyak tanah dan bangunan yang luas. Maka semuanya itu dicabut dari tangannya oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala) sehingga nasib melemparkannya hidup di tempat pembuangan sampah di kotanya, selama delapan belas tahun.

Semua orang —baik yang tadinya dekat ataupun jauh— tidak mau mendekatinya, selain istrinya. Istrinya tidak pernah meninggalkannya pagi dan petang, kecuali bila bekerja pada orang lain, tetapi segera kembali kepadanya dalam waktu yang tidak lama.

Setelah masa cobaan itu telah lama berlangsung, masa puncak cobaanpun telah dilaluinya serta sudah ditakdirkan habis waktunya sesuai dengan masa yang telah ditetapkan di sisi-Nya, maka Nabi Ayyub berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam, Tuhan semua rasul, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ}

“(Ya Tuhanku) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (Al-Anbiya: 83)

Dan di dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Shad: 41)

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah penyakit yang menimpa tubuhnya dan tersiksa karena kehilangan harta benda dan anak-anaknya. Maka setelah itu Allah Yang Maha Pelimpah rahmat mengabulkan doanya, kemudian Allah memerintahkan kepada Ayyub untuk bangkit dari tempat duduknya, lalu menghentakkan kakinya ke bumi. Nabi Ayyub melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, maka Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menyumberkan mata air dari bekas injakan kakinya itu.

Dan Allah memerintahkan kepadanya agar mandi dengan air dari mata air itu, maka lenyaplah semua penyakit yang ada pada tubuhnya, dan tubuhnya kembali sehat seperti semula. Lalu Allah memerintahkan kepadanya untuk menginjakkan kakinya sekali lagi ke bumi di tempat lain, maka Allah menyumberkan mata air lainnya dan memerintahkan kepada Ayyub untuk minum dari air tersebut. Setelah minum air itu, maka lenyaplah semua penyakit yang ada di dalam perutnya dan menjadi sehatlah ia lahir dan batinnya seperti sedia kala. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ}

(Allah berfirman), “Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (Shad: 42)

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ جَمِيعًا: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي نَافِعُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ عُقَيْلٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ أَيُّوبَ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَبِثَ بِهِ بَلَاؤُهُ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً فَرَفَضَهُ الْقَرِيبُ وَالْبَعِيدُ إِلَّا رَجُلَيْنِ كَانَا مِنْ أَخَصِّ إِخْوَانِهِ بِهِ كَانَا يَغْدُوَانِ إِلَيْهِ وَيَرُوحَانِ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: تَعَلَّمْ -وَاللَّهِ-لَقَدْ أَذْنَبَ أَيُّوبُ ذَنْبًا مَا أَذْنَبَهُ أَحَدٌ مِنَ الْعَالَمِينَ. قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ: وَمَا ذَاكَ؟ قَالَ: مِنْ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً لَمْ يَرْحَمْهُ اللَّهُ، فيكشفَ مَا بِهِ فَلَمَّا رَاحَا إِلَيْهِ لَمْ يَصْبِرِ الرَّجُلُ حَتَّى ذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ أَيُّوبُ: لَا أَدْرِي مَا تَقُولُ غَيْرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ أَنِّي كُنْتُ أَمُرُّ عَلَى الرَّجُلَيْنِ يَتَنَازَعَانِ فَيَذْكُرَانِ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، فَأَرْجِعُ إِلَى بَيْتِي فَأُكَفِّرُ عَنْهُمَا، كَرَاهِيَةَ أَنْ يَذْكُرَا اللَّهَ إِلَّا فِي حَقٍّ. قَالَ: وَكَانَ يَخْرُجُ إِلَى حَاجَتِهِ فَإِذَا قَضَاهَا أَمْسَكَتِ امْرَأَتُهُ بِيَدِهِ حَتَّى يَبْلُغَ فَلَمَّا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَبْطَأَ عَلَيْهَا وَأَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى أَيُّوبَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، أَنِ {ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ} فَاسْتَبْطَأَتْهُ فَتَلَقَّتْهُ تَنْظُرُ فَأَقْبَلَ عَلَيْهَا قَدْ أَذْهَبَ اللَّهُ مَا بِهِ مِنَ الْبَلَاءِ وَهُوَ عَلَى أَحْسَنِ مَا كَانَ. فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ: أَيْ بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ هَلْ رَأَيْتَ نَبِيَّ اللَّهِ هَذَا الْمُبْتَلَى. فَوَاللَّهِ عَلَى ذَلِكَ مَا رَأَيْتُ رَجُلًا أَشْبَهَ بِهِ مِنْكَ إِذْ كَانَ صَحِيحًا. قَالَ: فَإِنِّي أَنَا هُوَ. قَالَ: وَكَانَ لَهُ أَنْدَرَانِ أَنْدَرُ لِلْقَمْحِ وَأَنْدَرُ لِلشَّعِيرِ فَبَعَثَ اللَّهُ سَحَابَتَيْنِ فَلَمَّا كَانَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى أَنْدَرِ الْقَمْحِ أَفْرَغَتْ فِيهِ الذَّهَبَ حَتَّى فَاضَ وَأَفْرَغَتِ الْأُخْرَى فِي أَنْدَرِ الشَّعِيرِ حَتَّى فَاضَ.

“Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Nafi’ ibnu Yazid, dari Aqil, dari Ibnu Syihab, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bercerita: sesungguhnya Nabi Allah Ayub as menjalani masa cobaannya selama delapan belas tahun. Semua orang menolaknya, baik yang dekat maupun yang jauh, terkecuali dua orang lelaki yang sejak semula merupakan teman terdekatnya. Keduanya biasa mengunjunginya di setiap pagi dan petang hari. Salah seorang dari keduanya berkata kepada temannya, “Tahukah kamu, demi Allah, sesungguhnya Ayyub telah melakukan suatu dosa yang belum pernah dilakukan oleh seorang manusia pun.” Teman bicaranya bertanya, “Dosa apakah itu?” Ia menjawab, “Selama delapan belas tahun ia tidak dikasihani oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dan tidak dibebaskan dari cobaan yang menimpanya.”

Ketika keduanya mengunjungi Ayyub, maka salah seorang temannya itu tidak dapat menahan rasa keingintahuannya, lalu ia menceritakan hal itu kepada Ayyub. Maka Ayyub a.s. berkata, “Saya tidak mengerti apa yang kamu bicarakan itu, hanya saja Allah (Subhanahu wa Ta’ala) mengetahui bahwa sesungguhnya dahulu aku bersua dengan dua orang lelaki yang sedang bersengketa, lalu keduanya menyebut-nyebut nama Allah (Subhanahu wa Ta’ala) (dalam sumpahnya). Maka aku pulang ke rumahku, lalu membayar kifarat untuk kedua orang itu karena tidak suka nama Allah (Subhanahu wa Ta’ala) disebut-sebut dalam perkara yang hak (benar).” Disebutkan bahwa Nabi Ayyub apabila menunaikan hajatnya (buang air) selalu dituntun oleh istrinya; dan apabila telah selesai, istrinya kembali menuntunnya ke tempat ia berada.

Pada suatu hari istrinya datang terlambat, maka Allah menurunkan wahyu kepada Ayub as: Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. (Shad: 42) Ketika istrinya tiba di tempat Nabi Ayub. ia mencari-cari suaminya sedangkan Ayub as menghampirinya dalam keadaan telah pulih seperti sediakala karena Allah telah melenyapkan semua penyakitnya.

Ketika menyaksikan kedatangannya, istrinya bertanya, “Semoga Allah memberkatimu, apakah engkau melihat Nabi Allah yang sedang mengalami cobaan yang tadi ada di sini? Maka demi Allah Yang Mahakuasa atas segalanya, aku belum pernah melihat lelaki yang lebih mirip dengan suamiku itu di masa ia masih sehat.” Nabi Ayub menjawab, “Sesungguhnya aku sendirilah Ayyub itu.” Disebutkan bahwa Nabi Ayub mempunyai dua buah peti, yang satu untuk wadah gabah gandum, dan yang satunya lagi untuk wadah gabah jewawut. Maka Allah (Subhanahu wa Ta’ala) mengirimkan dua kumpulan awan; ketika salah satunya telah berada di atas wadah gabah gandum, awan tersebut menuangkan emas yang dikandungnya ke dalam wadah itu hingga luber. Awan yang lainnya menuangkan emas pula ke dalam wadah gabah jewawut hingga luber.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *