Kisah Inspiratif Nabi Ayub

Kisah Inspiratif Nabi Ayub

Demikianlah menurut lafaz riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَر عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّه قَالَ: هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “بَيْنَمَا أَيُّوبُ يَغْتَسِلُ عُرْيَانًا خَرَّ عَلَيْهِ جَرَادٌ مِنْ ذَهَبٍ فَجَعَلَ أَيُّوبُ يَحْثُو فِي ثَوْبِهِ فَنَادَاهُ رَبُّهُ يَا أَيُّوبُ أَلَمْ أَكُنْ أَغْنَيْتُكَ عَمَّا تَرَى؟ قَالَ: بَلَى يَا رَبِّ وَلَكِنْ لَا غِنَى بِي عَنْ بَرَكَتِكَ”.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Hammam ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah apa yang telah di ceritakan oleh Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda: Ketika Ayyub sedang mandi telanjang, berjatuhanlah kepadanya belalang-belalang emas, maka Ayyub as mengambilnya dan memasukkannya ke dalam pakaiannya. Maka Tuhannya berfirman menyerunya, “Hai Ayub, bukankah Aku telah memberimu kecukupan hingga kamu tidak memerlukan apa yang kamu saksikan itu?” Ayyub a.s. menjawab, “Memang benar, ya Tuhanku, tetapi aku masih belum merasa cukup dengan berkah dari-Mu.

Imam Bukhari mengetengahkannya secara tunggal melalui hadis Abdur Razzaq dengan sanad yang sama.

Karena itulah disebutkan dengan firman-Nya:

{وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ}

“Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shad: 43)

Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa Allah menghidupkan kembali anak-anak Nabi Ayyub yang telah mati dan menambahkan kepadanya anak-anak yang sejumlah dengan itu.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{رَحْمَةً مِنَّا}

“sebagai rahmat dari Kami.” (Shad: 43)

berkat kesabarannya, keteguhan hatinya, ketaatannya, rendah dirinya, dan ketenangannya.

{وَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ}

“dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shad:43)

agar mereka mengetahui bahwa buah dari kesabaran itu ialah keselamatan, jalan keluar, dan kesejahteraan.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلا تَحْنَثْ}

“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah.” (Shad: 44)

Demikian itu karena Ayub as. marah kepada istrinya, merasa tidak enak disebabkan suatu perbuatan yang telah dilakukan istrinya. Menurut suatu pendapat, istri Nabi Ayub telah menjual rambut kepangannya, lalu menukarnya dengan roti untuk makan Nabi Ayub. Maka Nabi Ayub mencela perbuatan istrinya itu, bahkan sampai bersumpah bahwa jika Allah memberinya kesembuhan, ia benar-benar akan memukul istrinya dengan seratus kali dera pukulan. Menurut pendapat yang lainnya lagi, penyebabnya ialah selain itu.

Setelah Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menyembuhkannya dan menjadikannya sehat seperti sediakala, maka tidaklah pantas jika istrinya yang telah berjasa memberikan pelayanan dan kasih sayang serta kebaikan kepadanya dibalas dengan pukulan. Akhirnya Allah memberikan petunjuk melalui wahyu-Nya yang menganjurkan kepada Ayub untuk mengambil lidi sebanyak seratus buah yang semuanya di jadikan satu, lalu dipukulkan kepada istrinya sekali pukul. Dengan demikian, berarti Ayub telah memenuhi sumpahnya dan tidak melanggarnya serta menunaikan nazarnya itu. Hal ini adalah merupakan jalan keluar dan pemecahan masalah bagi orang yang bertakwa kepada Allah dan taat kepadanya. Untuk itulah disebutkan dalam firman berikut:

{إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ}

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (Shad: 44)

Allah (Subhanahu wa Ta’ala) memuji dan menyanjung hamba-Nya ini bahwa dia adalah:

{نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ}

“sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (Shad: 44)

Yakni banyak kembali dan mengadu kepada Allah (Subhanahu wa Ta’ala) Hal yang semisal disebutkan oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ}

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah vang tiada disangka-sangkanya.” (At-Talaq: 2-3)

Kebanyakan ulama fiqih menyimpulkan dalil dari ayat yang mulia ini dalam memecahkan masalah-masalah sumpah dan masalah lainnya. Mereka mengambilnya sesuai dengan makna yang tersurat padanya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *