Kisah Pemilik Warung Dewi yang Diberkahi Zakat dan Sedekah

Kisah Pemilik Warung Dewi yang Diberkahi Zakat dan Sedekah

***

Gatot mengaku tak pernah lupa pesan ibunya: “Zakat dan sedekah, Nak.” Pesan itu selalu terngiang dalam benaknya.

Sejak warung mulai menghasilkan keuntungan, Gatot selalu menyisihkan sebagian untuk zakat dan sedekah.

Ia percaya bahwa keberkahan usaha bukan hanya datang dari kerja keras, tetapi juga dari berbagi kepada sesama.

Setiap bulan, Gatot dan Suzana rutin menyalurkan zakat kepada para dhuafa di sekitar mereka.

Selain itu, mereka juga menyediakan makanan gratis bagi anak-anak yatim dan kaum lansia yang membutuhkan.

Kebiasaan ini tidak hanya membuat mereka semakin dekat dengan masyarakat, tetapi juga memperkuat ikatan silaturahmi dengan pelanggan.

Seiring waktu, usaha mereka semakin berkembang. Warung yang dulu kecil kini terasa lebih luas dan nyaman.

Banyak pelanggan yang merasa bahwa kehangatan Warung Dewi bukan hanya berasal dari rasa makanannya, tetapi juga dari ketulusan hati pemiliknya dalam berbagi.

Setiap hari, ia menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu tetangga, janda, anak yatim, dan kaum dhuafa. Setiap bulan, ia membagikan beras dan uang kepada mereka yang membutuhkan.

“Usaha itu jangan melulu soal untung. Harus ada zakat dan sedekahnya. Kalau ada orang yang tak bisa makan, beri makan, Nak. Kalau ada yang hendak bepergian tapi tak punya sangu, beri sangu,” kata Gatot mengulang nasihat ibunya.

Nasihat itu selalu dipegang teguh oleh Gatot dalam menjalankan usahanya. Ia percaya bahwa rezeki yang datang bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan ada hak orang lain di dalamnya.

Karena itu, di warungnya, tak jarang ada pelanggan yang makan tanpa membayar, entah karena kehabisan uang atau sedang dalam kesulitan.

“Biar, kalau gak punya uang, gak usah bayar. Kalau dia datang lagi gak punya uang buat makan, kasih dia makan, Nak,” ujar Gatot. Baginya, memberi makan orang yang kelaparan adalah bentuk syukur atas rezeki yang diterimanya.

Kebaikan hati Gatot dan Suzana pun tersebar dari mulut ke mulut. Banyak pelanggan yang datang bukan hanya untuk makan, tetapi juga karena merasakan kehangatan dan ketulusan di warung tersebut.

Gatot dan istrinya juga merasakan banyak kejutan dalam hidupnya. Suatu ketika, Suzana pernah menyodorkan bukti pembayaran dari bank untuk biaya umrah.

Istrinya bilang kalau kekurangannya sekitar Rp 150 juta dan harus dibayar dalam waktu tidak lebih dari satu setengah bulan.

Gatot terdiam, lalu berucap, “Ya sudah, kita kerja keras sambil berdoa, Dik. Semoga bisa menutupi kekurangan itu.”

Qadarullah, Allah SWT menetapkan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan-Nya dan dengan cara yang dikehendaki-Nya.

Dalam sebulan terakhir, Warung Dewi mengalami lonjakan pengunjung dan laris manis. Gatot tak pernah membayangkan bahwa ia bisa meraup Rp 6-8 juta per hari. Hingga akhirnya, seluruh biaya umrah pun dapat terpenuhi.

Hari itu, Suzana menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. “Mas, Allah benar-benar Maha Pemurah,” ucapnya lirih sambil menggenggam tangan Gatot. Mereka berdua duduk di ruang tamu rumah setelah menghitung pemasukan warung selama sebulan terakhir.

Gatot menghela napas, lalu tersenyum penuh syukur. “Aku sendiri tak menyangka, Dik. Ini rezeki dari Allah.”

Hingga kini, Warung Dewi tetap berdiri tegak. Bukan hanya karena kelezatan masakannya, tetapi juga karena nilai-nilai yang ditanamkan sejak awal.

Bagi Gatot, warung ini bukan sekadar tempat mencari nafkah, melainkan ladang keberkahan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *