Malu, Cermin Keimanan yang Mulai Pudar

Malu, Cermin Keimanan yang Mulai Pudar
*) Oleh : Dr. Ajang Kusmana

Kalau Nabi melihat sesuatu yang beliau tidak suka, biasanya kami bisa melihat dari wajah beliau.

Kedua, Rasa malu itu pembuka segala kebaikan. Sebagaimana dalam hadits yang kita sebutkan tadi, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.”

Dalam hadis yang lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ

“Malu itu adalah baik semuanya.” (HR. Muslim)

Sekarang ada yang bertanya, Rasa malu itu baik semuanya, bagaimana kalau ada orang malu untuk menuntut ilmu ?
Berarti ada rasa malu yang tidak baik?

Maka para ulama mengatakan bahwa yang seperti ini sebetulnya bukan rasa malu, tapi menunjukkan kelemahan dia. Sebab kalau dia punya rasa malu, seharusnya dia malu kalau dirinya tidak bisa, dia harus malu kalau dirinya tidak bisa menuntut ilmu padahal mereka bisa, kalau seseorang benar malu seharusnya dia menuntut ilmu.

Ketiga, Rasa malu itu menutup segala macam pintu keburukan.

Berkata Fudhail bin Iyadh bahwa tanda kesengsaraan adalah hati yang keras; mata yang tak pernah menangis karena takut kepada Allah; sedikit rasa malu; sangat rakus terhadap dunia; terlalu banyak angan-angan.

Berkata Ibnu Hibban dalam kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala, kewajiban orang yang berakal senantiasa punya sifat rasa malu. Karena rasa malu itu adalah akarnya akal. Bahkan rasa malu itu benih-benih kebaikan dan meninggalkan rasa malu itu hakekatnya adalah akar kebodohan dan benih-benih keburukan.

Makanya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَافْعَلْ مَا شِئْتَ

“Sesungguhnya diantara yang didapatkan manusia dari perkataan (yang disepakati) para Nabi adalah; “Jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu” (HR. Bukhari)

Maksudnya kata para ulama, orang kalau sudah hilang rasa malunya, dia tidak malu lagi berbuat maksiat. Wanita kalau sudah kehilangan rasa malunya, tidak malu dia mempertontonkan auratnya. Lelaki yang sudah kehilangan rasa malunya, dia tidak malu untuk berbuat atau berkata kotor.

Al-haya’ (rasa malu) berasal dari kata al-hayah (hidup), siapa yang tidak punya haya’, maka berarti dia seperti mayat di dunia. Dan di akhirat dia akan sengsara. Karena ada hubungan yang sangat erat antara perbuatan dosa dan sedikitnya rasa malu. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *