Prof. Ma’mun Murod kembali diamanahi sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) untuk masa bakti 2025–2029. Pelantikannya berlangsung di Gedung Cendekia UMJ, pada Senin (26/5/2025).
Surat Keputusan pelantikan dibacakan oleh Ahmad Jainuri, Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Dalam momen tersebut, Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMJ yang juga menjabat sebagai Mendikdasmen RI, Abdul Mu’ti, menyampaikan ucapan selamat.
Abdul Mu’ti, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, menyampaikan bahwa jabatan ini merupakan bentuk kepercayaan sekaligus tantangan baru. Ia menekankan pentingnya menjadikan UMJ sebagai universitas berkelas dunia.
“Internasionalisasi UMJ harus menjadi prioritas. Kita akan bekerja bersama untuk mewujudkan UMJ sebagai world class university,” ujarnya.
Lebih dari sekadar menghasilkan lulusan akademik, UMJ diharapkan dapat tumbuh seiring dengan gerakan Muhammadiyah serta memberi manfaat bagi masyarakat luas.
Sebagai Mendikdasmen, Mu’ti juga berharap UMJ menjadi mitra strategis pemerintah dalam mencetak tenaga pendidik berkualitas, serta berkontribusi pada kemajuan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
Ma’mun Murod menjelaskan bahwa pada periode sebelumnya, ia menjalankan mandat dengan empat target utama: meraih akreditasi institusi unggul, membangun sinergi internal, sentralisasi sistem akademik dan keuangan, serta melakukan rasionalisasi tenaga kerja.
“Rasionalisasi ini terutama menyangkut tenaga kependidikan dan pegawai. Ketika saya dilantik pertama kali, jumlah dosen sekitar 600 orang, sedangkan tendik mencapai 634, padahal idealnya hanya sekitar 350 orang,” jelasnya.
Empat target tersebut kini telah tercapai, dan UMJ siap melangkah ke babak baru dengan visi menjadi universitas kelas dunia sebagaimana didorong oleh PP Muhammadiyah.
Untuk mencapai visi tersebut, UMJ akan melakukan transformasi melalui lima tahapan. Pertama, memperkuat pondasi institusi dengan fokus pada penguatan akademik, tata kelola, dan budaya mutu.
Kedua, memperluas jejaring global dan memperkuat SDM melalui langkah internasionalisasi. Ketiga, mengembangkan riset unggulan serta meningkatkan publikasi ilmiah di tingkat global.
Keempat, membangun reputasi dan visibilitas internasional. Kelima, meraih pengakuan global dengan kontribusi signifikan bagi dunia Islam. (*/wh)
