Lembaga Resiliensi Bencana (LRB)–Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Fasilitator Masjid–Mushola Tangguh Bencana di Wisma Sargede, Yogyakarta, pada 23–25 Mei 2025.
Kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas para pengelola masjid dan mushola dalam menghadapi bencana, serta mendorong peran aktif rumah ibadah sebagai pusat ketangguhan masyarakat.
Sebagai negara dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi, Indonesia menuntut kesiapan seluruh sektor, termasuk tempat ibadah. Berdasarkan data BNPB tahun 2024, sebanyak 388 rumah ibadah mengalami dampak bencana. Oleh karena itu, masjid dan mushola diharapkan tak hanya menjadi pusat spiritual dan sosial, tetapi juga mampu berfungsi sebagai tempat evakuasi dan pusat edukasi kebencanaan.
Ketua MDMC PP Muhammadiyah, Budi Setiawan, menekankan bahwa masjid dan mushola perlu dibangun tidak hanya kokoh secara spiritual, melainkan juga secara fisik dan sosial. “Tempat ibadah harus menjadi ruang yang aman secara struktur dan dapat diandalkan dalam penanganan bencana. Peran sosialnya harus diperkuat agar dapat memberikan edukasi dan perlindungan bagi warga sekitar,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pelatihan ini menjadi kesempatan penting untuk memperkuat pemahaman para peserta dalam mitigasi, penanganan, dan pemulihan pascabencana. “Kami ingin masjid dan mushola Muhammadiyah menjadi episentrum ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana secara cepat dan efektif,” tambahnya.
Sebanyak 21 peserta dari enam provinsi—DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta—ikut serta dalam pelatihan ini. Mereka merupakan pengelola masjid dan mushola Muhammadiyah yang selama ini aktif dalam pelayanan masyarakat.
Selama tiga hari, peserta mengikuti berbagai sesi pelatihan yang mencakup materi teori dan praktik, seperti simulasi bencana, penyusunan SOP kebencanaan, pembentukan tim siaga berbasis takmir masjid, serta kajian fikih kebencanaan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara MDMC, Majelis Tabligh, Majelis Tarjih, LPCRPPM Muhammadiyah, dan LLHPB ‘Aisyiyah, dengan dukungan dari Lazismu Pusat.
Wakil Ketua LPCRPPM PP Muhammadiyah, Muhammad Da’i, turut memberikan apresiasi atas pelatihan ini. Ia menegaskan pentingnya pengelolaan masjid yang profesional dan kolaboratif. “Masjid harus menjadi pusat pemberdayaan. Dari masjid, kita bangkit. Apa pun tantangannya, masjid harus menjadi solusi,” katanya.
Melalui kegiatan ini, MDMC berharap lahirnya para fasilitator yang mampu membentuk masjid dan mushola Muhammadiyah sebagai pusat ketahanan masyarakat dalam menghadapi berbagai potensi bencana. (*/wh)
