Dalam suasana pagi yang cerah di halaman Klinik Siti Fatimah Muhammadiyah Pare, Kediri, Ahad (12/1/2025), ratusan jamaah tampak memadati area pengajian Ahad Pagi yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pare.
Mereka yang hadir terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh agama, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Suasana pagi itu dipenuhi dengan ketenangan, namun juga semangat yang membara. Para jamaah terlihat begitu antusias.
Dr. Slamet Muliono, Wakil Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim, menyampaikan tausiyah dengan penuh semangat. Ia menjelaskan pesan-pesan penting tentang kemakmuran yang menjadi cita-cita Muhammadiyah.
Dikatakan Slamet, konsep kemakmuran dalam pandangan Muhammadiyah adalah suatu kondisi kesejahteraan yang merata bagi seluruh masyarakat tanpa memandang latar belakang, suku, agama, dan ras.
“Kemakmuran yang dimaksud adalah kesejahteraan lahir dan batin. Kemakmuran tidak hanya tercapai melalui materi, tetapi lebih kepada keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan rohani yang berlandaskan pada ajaran Islam,” ujar Slamet, yang disambut anggukan kepala dari para jamaah.
Kemakmuran ini, lanjutnya, harus bersifat berkelanjutan. Untuk mencapainya, dibutuhkan gerakan yang sinergis antara penguatan dakwah, pendidikan, serta pemberdayaan sosial dan ekonomi.
“Muhammadiyah berkomitmen untuk mewujudkan kemakmuran ini melalui gerakan-gerakan nyata, seperti penguatan pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Islam, serta memperkuat sektor sosial ekonomi untuk membangun kemandirian umat,” imbuhnya.
Mengutip ayat Al-Qur’an, Slamet mengingatkan bahwa kemakmuran yang hakiki hanya dapat dicapai dengan keyakinan dan pengamalan tauhid yang kuat.
“Kita tidak bisa hanya berfokus pada kekayaan dunia tanpa memperhatikan keberkahan dari Allah. Hanya dengan tauhid yang kokoh, segala upaya kita untuk meraih kemakmuran akan diberkahi,” ujar dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel itu.
Para jamaah yang hadir terlihat khusyuk mendengarkan, seakan merenungi setiap kata yang disampaikan. Ada yang tampak mencatat poin-poin penting, beberapa terlihat termenung dalam keheningan, merenungkan pesan mendalam yang disampaikan.
Semangat dakwah Muhammadiyah, yang mengajarkan kesejahteraan dengan berbasis pada agama, menjadi pesan yang menggetarkan hati setiap pendengarnya.

Suasana pengajian semakin khidmat ketika Slamet mengutip surah Āli `Imrān ayat 185 yang berbunyi:
“كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَ ۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ”
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Āli `Imrān:185)
Mengakhiri ceramahnya, Slamet menegaskan kembali bahwa tujuan hidup yang sesungguhnya adalah tidak hanya mengejar kemakmuran dunia, tetapi juga memperoleh kebahagiaan hakiki di akhirat.
“Kemakmuran sejati adalah yang dapat membawa kita lebih dekat kepada Allah, yang terhindar dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,” katanya.
Setelah ceramah selesai, para jamaah yang hadir berdoa bersama, memohon agar generasi yang akan datang mampu mewujudkan kemakmuran sejati, baik di dunia maupun akhirat. Semoga Allah memberikan berkah dan petunjuk dalam mewujudkan cita-cita kemakmuran tersebut.
Sebelum acara berakhir, jamaah tampak berbincang hangat satu sama lain, membahas isi ceramah yang baru saja disampaikan.
Sebagian besar tampak bersemangat dan terinspirasi untuk lebih mengamalkan pesan-pesan dakwah yang telah disampaikan, serta bertekad untuk lebih serius dalam berusaha menciptakan kemakmuran di masyarakat. (wh
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News