Membuang Muka Saat Petunjuk Datang

Membuang Muka Saat Petunjuk Datang

*)Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Kegigihan para rasul untuk mengajak umatnya menerima petunjuk begitu besar. Utusan Allah bersungguh-sungguh mengajak umatnya untuk mendengar nasihat terbaik dengan memperdengarkan bacaan suci guna termotivasi menebar kebaikan.

Namun umumnya, respon umatnya seringkali acuh tak acuh dan bahkan menentangnya. Berbagai alasan pun direkayasa untuk menentang ajaran rasul.

Akibat menentang perintah rasul itu, muncul penyimpangan dan berujung lahir berbagai kemaksiatan.

Para rasul sudah memberi teguran untuk tidak  menyelisihi ajarannya, tetapi umatnya justru melawan dan berbuat maksiat secara terang-terangan. Ketika di puncak kemaksiatan itulah, Allah menimpakan musibah sehingga mereka berputus asa.

Kesungguhan Berdakwah

Para rasul sangat gigih dalam mengajak umatnya untuk berbuat baik. Firman Allah pun dibacakan untuk melembutkan hati mereka. Menyerukan kepada tauhid merupakan metode untuk melembutkan hati.

Ketika hati sudah lembut, maka mudah untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Ketika hati lunak dan mudah mengikuti perintah, maka perbuatannya akan terarah dan tercegah dari perbuatan maksiat.

Hanya dengan mengikuti Al-Qur’an, semua kehendak manusia akan digantungkan kepada Allah. Dengan menggantungkan keinginan kepada-Nya, maka kehidupan manusia akan dipenuhi karunia dan rahmat.

Dengan Al-Qur’an, maka segala sesuatu yang sebelumnya mustahil bisa terwujud. Bahkan segala sesuatu yang tidak terbayang atau di luar nalar manusia bisa terjadi.

Al-Qur’an menggambarkan bahwa gunung akan terguncang, bumi bisa terbelah dan bahkan orang yang mati bisa berbicara, dengan Al-Qur’an.

Hal ini sebagaimana dinarasikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

وَلَوۡ أَنَّ قُرۡءَانٗا سُيِّرَتۡ بِهِ ٱلۡجِبَالُ أَوۡ قُطِّعَتۡ بِهِ ٱلۡأَرۡضُ أَوۡ كُلِّمَ بِهِ ٱلۡمَوۡتَىٰ ۗ بَل لِّلَّهِ ٱلۡأَمۡرُ جَمِيعًا ۗ أَفَلَمۡ يَاْيۡـَٔسِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن لَّوۡ يَشَآءُ ٱللَّهُ لَهَدَى ٱلنَّاسَ جَمِيعٗا ۗ وَلَا يَزَالُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ تُصِيبُهُم بِمَا صَنَعُواْ قَارِعَةٌ أَوۡ تَحُلُّ قَرِيبٗا مِّن دَارِهِمۡ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ وَعۡدُ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُخۡلِفُ ٱلۡمِيعَادَ

“Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentu Al-Quran itulah dia) . Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS. Ar-Ra`d :31)

Ketika Allah sebagai Maha Pencipta dan Pemelihara dijadikan sandaran kaum mukminin secara total, maka hidup dipastikan terbaik. Betapa tidak, ketika petunjuk-Nya  senantiasa menyinari, maka hidupnya akan diliputi cahaya kebaikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *