Pada Sabtu (31/5/2025), Anakpanah.id berkolaborasi dengan MAARIF Institute dan SaRanG menggelar pertunjukan Repertoar Teater ESKA dari UIN Sunan Kalijaga, serta pembacaan naskah dari Memoar Seorang Anak Kampung di SaRanG Art Space, Bantul.
Pementasan yang bertajuk “Suar Api Kecil dari Tanah Rantauan” ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan untuk memperingati 90 tahun tokoh bangsa, Buya Syafii Maarif.
Dalam sambutannya, pemilik SaRanG, Jumaldi Alfi, menyebut bahwa tahun ini menandai tiga tahun wafatnya Buya Syafii. Ia memberikan apresiasi atas peran banyak pihak, khususnya komunitas muda.
“Acara ini tak akan mungkin terlaksana tanpa semangat dari teman-teman, terutama Anakpanah. Istilah Anak Panah sendiri adalah sebutan Buya untuk para kader muda, sebagai simbol penerus cita-cita beliau,” ungkapnya.
Jumaldi juga menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi wujud dari amanat Muktamar Muhammadiyah, yakni menyebarkan keteladanan tokoh kepada masyarakat luas.
“Bukan dalam rangka pengultusan, melainkan sebagai pelajaran atas keselarasan antara pikiran, ucapan, dan tindakan Buya,” tambahnya.
Turut hadir dalam acara tersebut, Arif Jamali Muis, Staf Khusus di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam sambutannya, dia menyampaikan bahwa meskipun tidak memiliki hubungan dekat dengan Buya, istrinya pernah menjadi salah satu pembela saat Buya mendapat kritik tajam dari sebagian masyarakat.
Menurutnya, pemikiran dan keteladanan Buya sangat penting dikenalkan kepada generasi muda, khususnya generasi Z.
“Meskipun belum pernah bertemu langsung, kegiatan seperti ini memungkinkan generasi sekarang untuk tetap belajar dari pemikiran Buya,” ujarnya.
Acara mencapai puncaknya saat Teater ESKA membawakan pertunjukan repertoar, yang dilanjutkan dengan pembacaan naskah dari Memoar Seorang Anak Kampung.
Pembacaan dilakukan oleh seniman Butet Kartaredjasa, pegiat literasi M. Anta Kusuma, aktor Whani Darmawan, dan aktris Annisa Hertami.
Buku Memoar Seorang Anak Kampung, karya Buya Syafii Maarif, pertama kali terbit tahun 2013 melalui penerbit Mizan.
Buku ini mengisahkan perjalanan hidup Buya, mulai dari masa kecil di Sumpur Kudus, Sumatra Barat, hingga perjuangannya menempuh pendidikan tinggi di dalam dan luar negeri.
Memoar tersebut juga merekam kiprah dan pergulatan Buya dalam dunia pemikiran, sosial, dan kebangsaan.
Catatan hidup ini menjadi sumber inspirasi akan nilai-nilai integritas, kejujuran, dan komitmen dalam memperjuangkan keadilan serta kemanusiaan.
Acara ini dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai latar belakang dan menjadi wujud nyata dalam menjaga semangat dan warisan pemikiran Buya Syafii Maarif. (salma)
