Menapaki Hidup dengan Kebaikan, Mengakhiri dengan Bekal Akhirat

*) Oleh : Ferry Is Mirza DM
Jurnalis Senior dan Aktivis Muhammadiyah
www.majelistabligh.id -

Alhamdulillah, kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena dihari Jumat ini kita masih diberikan nikmat berupa nikmat waktu, nikmat kesehatan, baik sehat jasmani maupun rohani, sehingga kita bisa mendirikan salat subuh hari ini.

Bukti dari sehatnya jasmani, kita semua masih mampu berdiri melaksanakan sholat Subuh tanpa ada uzur atau halangan apapun.

Sedangkan sehat secara rohani,Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih memberikan kita kesehatan akal dan diberikan iman di dalam hati.

Sedang bukti iman yaitu masih ada di dalam hati kebesaran Allah dan kita masih mau bersujud kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Alhamdulillahi rabbil alaamiin.

Selawat serta salam, tidak lupa mari kita curahkan kepada junjungan kita, yang menjadi uswatun hasanah atau suri tauladan yakni Nabi Muhammad saw. Semoga tercurah juga kepada para sahabatnya, keluarganya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Marilah kita selalu meningkatkan kualitas takwa kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangannya.

Karena segala sesuatu yang ada di jagat raya ini pasti akan diketahui oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok atau akhirat, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa kita semua dianjurkan untuk bermuhasabah, karena apa yang kita kerjakan akan berdampak pada kehidupan kita dihari esok atau akhirat.

Hari terus berganti, tahunpun dengan cepat berganti, sedang kita tidak merasakan perjalanan waktu yang begitu panjang, kita hanya merasa begini-begini saja.

Perasaan kemarin baru lulus SMP, SMA, baru lulus kuliah, perasaan kemarin baru merayakan tahun baru Hijriyah 1447 sekarang sudah di pertengahan bulan Shafar 1447 H.

Perasaan tersebut tidak akan pernah terasa oleh kita, jika kita terlalu mengejar dunia dan melupakan akhirat.

Salah satu ciri kalau kita mengutamakan untuk mengejar dunia, adalah melakukan segala aktivitas tapi lupa dengan kewajiban sholat 5 waktu, lupa dengan puasa Ramadhan, lupa dengan zakat, serta lupa dengan segala kebaikan.

Andaikata kita telah berhasil mencapai suatu urusan, ujian dan perkara kita mengatakan ini hasil kerja keras saya, ini hasil jerih payah saya, dan lupa bahwa di setiap tindakan kita pasti ada campur tangan Allah yang menyertainya.

Di tahun 2025 ini, marilah kita semua untuk tetap ber muhasabah diri, dengan cara selalu istiqomah menjalankan kebaikan, dan meninggalkan keburukan. Karena sebaik-baik manusia adalah yang selalu berbuat baik, mengingat kematian dan mempersiapkan bekal setelah mati.

Rasulallah Shalallahu Alaihi Wasallam mengisyaratkan kepada kita, bahwa seorang muslim yang cerdas adalah muslim yang paling sering melakukan muhasabah diri.

Muhasabah tentang segala perbuatan yang telah dilakukan, dan perbuatan apa yang akan dilakukan untuk mempersiapkan diri setelah mati.

Rasulallah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad :

“Orang yang cerdas adalah orang yang menyiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian.”

Dalam hadis yang lain, seorang Anshar pernah bertanya kepada Rasulallah tentang mukmin yang paling cerdas, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menjawab :

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas. (HR. Ibnu Majah)

Maka dengan itu, kita harus menjadi pribadi yang baik dan lebih baik lagi, baik secara jasmani maupun rohani.

Berkerja, belajar dan mencari dunia merupakan suatu perintah agama dan kewajiban menjadi seorang Muslim akan tetapi tetap menjadi baik dan mengingat akhirat merupakan pribadi yang sempurna.

Di bulan Shafar 1447 Hijriyah ini harus disertai dengan semangat baru, bukan hanya capaian dunianya saja yang menjadi target, tetapi keberkahan dan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan tujuan utama dari setiap kehidupan manusia.

Karena hanya dengan keberkahan dan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka kehidupan akhirat akan menjadi baik bagi kita semua.

Salah satu bukti atau dalil bahwa kita dianjurkan oleh Allah untuk bekerja dalam hal dunia, tetapi tidak boleh melupakan perkara akhirat adalah ayat 9 yang tercantum dalam surat Al-Jumu’ah:

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al Jumu’ah: 9)

Dari ayat di atas sangat jelas bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyuruh untuk menyegerakan perkara akhirat jika sudah waktunya, bahkan disuruh meninggalkan perkara dunia.

Kerja boleh-boleh saja sepanjang hari, akan tetapi jika sudah masuk waktunya sholat maka harus segera dikerjakan, jangan sampai lalai ditinggalkan.

Karena akan rugi jika kita berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala meminta rezeki yang halal, baik dan berkah, akan tetapi kita tidak melaksanakan kewajiban kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyuruh kita untuk segera meminta ampun kepadaNya, karena sesungguhnya ampunan Allah sangat luas.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan seruan ampunan dalam Al-Qur’an :

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran: 133)

Ayat-ayat di atas merupakan ayat yang menunjukkan kepada kita untuk selalu memperbaiki diri, memantapkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jika sebelumnya kita hanya mengejar dunia, dan melupakan akhirat, sekarang kita harus berjalan beriringan antara dunia dan akhirat.

Seorang ‘abid atau yang ahli beribadah dapat merasakan manisnya iman dalam hatinya, kenikmatan bermunajat dalam dzikir mereka, ketenangan dan ketentraman jiwa ketika ruku’ dan sujud.

Semua ini adalah kenikmatan ibadah yang sebenarnya diharap oleh “nafsun muthmainnah” yaitu jiwa yang tenang..

Kenikmatan yang dirasakan seorang hamba dalam ibadahnya tadi merupakan anugerah Allah Azza Wa Jalla terbesar baginya.

Dia akan selalu rindu dengan ibadah dan senantiasa menunggu nunggu kehadirannya, sebelum waktu ibadah itu tiba, dia sudah bersiap diri menyambutnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, :

“Jadilah seorang yang wara’ atau sikap hati hati dalam menjalankan perintah Allah , niscaya engkau menjadi manusia yang paling baik dalam beribadah, dan jadilah seorang yang qana’ah, niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur.” (HR. Ibnu Majah)

Seorang yang qana’ah atau ridha atas pemberianNya terhadap rezeki yang diterima niscaya akan bersyukur kepada Allah Azza Wa Jalla.

Seorang yang qana’ah akan menganggap dirinya sebagai orang yang kaya atas apapun nikmat Allah .
Sebaliknya, jika tidak qana’ah, yang ada adalah perasaan merasa kurang, menganggap sedikit pemberian Allah Azza Wa Jalla, sehingga tidak akan memperoleh kehidupan yang baik.

Semoga kita tergolong hamba Allah yang qana’ah serta bisa merasakan nikmatnya beribadah. Amiin. (*)

Tinggalkan Balasan

Search