Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Bidang Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Prof. Brian Yuliarto, memberikan dorongan bagi Muhammadiyah untuk membangun sebuah sistem riset terintegrasi yang disebut sebagai Muhammadiyah Scientific Empire.
Gagasan ini disampaikan saat Brian saat silaturahmi ke Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Jalan Cik Ditiro No. 26, Kota Yogyakarta, pada Rabu (19/3/202).
Dikatana Brian, tujuan Muhammadiyah Scientific Empire untuk memperkuat ekosistem penelitian di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) dan berkontribusi pada kemajuan sains dan teknologi nasional.
Istilah “Scientific Empire” bukanlah konsep baru, melainkan telah diperkenalkan oleh Omar Yaghi, seorang Guru Besar dari University of California (UC) Berkeley, Amerika Serikat. Konsep ini menekankan pentingnya jaringan penelitian yang kuat dan kolaboratif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Konsep ini sangat relevan bagi Muhammadiyah, mengingat jaringan luas yang dimiliki oleh organisasi ini dalam bidang pendidikan tinggi,” kata Brian.
Menurut dia, dengan lebih dari 163 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia, Muhammadiyah memiliki modal besar untuk membangun ekosistem riset yang terintegrasi.
“Meskipun banyak dosen dan peneliti di PTMA yang memiliki kualitas riset tinggi, mereka masih menghadapi keterbatasan dalam hal fasilitas penelitian. Dengan konsep Scientific Empire, kendala ini dapat diatasi melalui berbagi sumber daya dan kolaborasi lintas institusi,” jelas Brian.
Dalam pertemuan dengan para rektor PTMA di Kantor PP Muhammadiyah, Prof. Brian menekankan pentingnya membangun ruang kerja bersama untuk mendukung penelitian kolektif. Dengan model kerja sama ini, para akademisi dan peneliti dari berbagai institusi Muhammadiyah dapat saling melengkapi dan memperkuat penelitian mereka tanpa harus bekerja secara terpisah.
“Dengan adanya Muhammadiyah Scientific Empire, para peneliti dapat bekerja bersama dan memanfaatkan fasilitas yang ada secara kolektif. Ini akan menghilangkan kesenjangan dalam akses terhadap sumber daya penelitian,” ungkap Brian.
Konsep ini tidak hanya mempercepat pengembangan riset, tetapi juga mendorong terbentuknya inovasi-inovasi baru yang dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan dunia industri.
Mengacu pada pengalaman perguruan tinggi di Amerika Serikat, di mana institusi swasta memiliki peran besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Prof. Brian melihat potensi yang sama dalam Muhammadiyah. Ia menilai bahwa Muhammadiyah dapat menjadi kekuatan utama dalam pengembangan riset di Indonesia, bahkan mampu mengungguli perguruan tinggi negeri.
Lebih jauh, Brian juga menghubungkan pentingnya riset dengan tantangan ekonomi nasional, khususnya dalam upaya keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap). “Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok yang berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka melalui industrialisasi berbasis teknologi,” tegas dia.
Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia harus memiliki strategi pertumbuhan ekonomi yang ambisius dan berkelanjutan. Salah satu elemen kunci dalam strategi ini adalah investasi besar dalam riset dan pengembangan teknologi.
Menurut Brian, pembangunan industri yang maju membutuhkan modal yang signifikan, serta konsolidasi ekonomi yang kuat. Selain itu, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta inovasi berbasis riset juga menjadi faktor krusial dalam keberhasilan strategi ini.
Dalam konteks peran pendidikan tinggi terhadap kemajuan industri, Brian membandingkan kondisi Indonesia dengan Thailand. “Di Thailand, sekitar 20 persen lulusan sarjana bekerja di sektor industri, sementara di Indonesia, angka tersebut baru mencapai sekitar lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan antara dunia akademik dan industri di Indonesia yang perlu dijembatani,” ujarnya.
Brian menambahkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju, terutama karena ukuran pasar domestiknya yang luas. Namun, selama ini, Indonesia masih berperan lebih banyak sebagai konsumen daripada produsen.
“Oleh karena itu, transformasi ekonomi berbasis inovasi menjadi hal yang sangat mendesak. Produk-produk industri yang dihasilkan harus didasarkan pada riset dan inovasi agar dapat bersaing di pasar global dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya.
Muhammadiyah Scientific Empire merupakan sebuah gagasan besar yang dapat membawa perubahan signifikan dalam dunia riset dan inovasi di Indonesia. Dengan memanfaatkan jaringan luas PTMA, konsep ini dapat menciptakan ekosistem penelitian yang lebih kuat, meningkatkan kualitas riset, serta mempercepat hilirisasi hasil penelitian ke dalam dunia industri. Selain itu, inisiatif ini juga berpotensi menjadi motor penggerak dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui industrialisasi berbasis teknologi. (*/wh)