Menemukan Kekuatan dalam Penyerahan Diri kepada Allah

Menemukan Kekuatan dalam Penyerahan Diri kepada Allah

*) Oleh: Suko Wahyudi
PRM Timuran Yogyakarta

Tawakal adalah salah satu manifestasi dari keimanan yang mendalam kepada Allah SWT. Dalam menghadapi tantangan zaman yang penuh dengan ketidakpastian, tawakal menjadi pilar utama yang membimbing seorang mukmin untuk tetap teguh dan optimistis.

“Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ghaib di langit dan di bumi, dan kepada-Nya-lah dikembalikan segala urusan. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”  (Hud [11]: 123)

Dalam konteks modern, tantangan seperti krisis ekonomi, kemajuan teknologi, hingga konflik sosial dapat menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian.

Dengan tawakal, seorang muslim akan memiliki ketenangan hati karena yakin bahwa segala sesuatu berada dalam ketentuan Allah SWT. Sikap ini juga mencegah seseorang dari keputusasaan serta mendorongnya untuk terus berusaha dan bersabar.

Secara bahasa, tawakal berasal dari kata تَوَكُّل (tawakkul), yang berarti bersandar atau mempercayakan sesuatu kepada pihak lain.

Secara istilah, Ibnu Rajab al-Hambali (wafat th. 795 H) berkata, “Tawakal ialah penyandaran hati dengan jujur kepada Allah SWT dalam upaya memperoleh kebaikan-kebaikan dan menolak bahaya-bahaya dalam seluruh urusan dunia dan akhirat.” Allah SwT berfirman,

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah SWT melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah SwT telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (At-Talaq [65]: 3)

Ayat ini menegaskan pentingnya tawakal, yaitu sikap berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah melakukan usaha.

Menurut Al-Alusi dalam tafsirnya Ruh al-Ma’ani, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan segala kebutuhannya dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Beliau juga mengatakan bahwa Allah memiliki kekuasaan mutlak dalam menetapkan segala sesuatu dan telah menentukan takdir bagi setiap makhluk-Nya.

Dengan demikian, seorang mukmin yang bertawakal akan merasakan ketenangan jiwa karena menyadari bahwa segala urusan berada dalam kendali Allah yang Maha Bijaksana.

“Dan mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami? Dan kami sungguh akan bersabar terhadap gangguan yang kalian lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal berserah diri.” (Ibrahim [14]: 12)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. (Al-Anfal [8]: 2)

Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi merupakan sikap menyerahkan hasil akhir kepada Allah SWT setelah melakukan ikhtiar terbaik. Atau dengan kata lain Namun, tawakal harus diiringi dengan ikhtiar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *