Mengidolakan Manusia Itu Jalan Pintas Menuju Penyesalan

Mengidolakan Manusia Itu Jalan Pintas Menuju Penyesalan
*) Oleh : Ferry Is Mirza DM

Sebagai manusia yang hidup bermasyarakat kita mempunyai tokoh yang diidolakan dan sering terjadi manusia berlebih lebihan dalam perilaku beridola.

Sebagai umat Muslim (Islam) sudah seharusnya yang menjadi idolah adalah Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam tetapi banyak dari kita yang menyelisihi.

Percaya atau tidak perhatikan di sekitar kita, banyak dari remaja yang mengidolakan artis , atlit yang berujung bagaimana perilakunya ditiru tidak melihat apakah itu benar atau salah.

Tidak hanya di situ dalam cara beragama banyak yang mengidolakan ustadz, kyai atau guru-guru tertentu dan apa yang dikerjakan mereka akan ditiru (dilakukan) juga tanpa melihat dalil (hujjah) atau taklit buta. Padahal perintahnya ikuti Allah dan RasulNya.

Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman: “Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Apabila kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.”
(QS. At-Taghabun:12)

“Dan tidaklah pantas bagi lelaki yang mukmin dan wanita yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.”
(QS. Al-Ahzab : 36)

Mengikuti Tokoh Sesat

Penyesalan sebagian penduduk neraka karena mereka mengikuti tokoh (pemimpin) yang sesat. Allah berkisah dalam FirmanNya tentang penyesalan sebagian penduduk neraka karena mereka mengikuti tokoh yang sesat:

“(ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia”. (QS.al-Furqan: 27-29)

Penyesalan mereka di hari kiamat, hingga mereka gigit jari. Mereka menyesal, mengapa dulu mengikuti guru sesat itu. Padahal sudah datang peringatan yang sangat jelas yang menunjukkan kesesatannya.

Semua mukmin menyadari, mengambil sumber ilmu, akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Prinsip apapun yang terjadi sudah ditanggung guru, harus ditinggalkan. Jika dia jelas menyimpang, membela kekufuran, jangan lagi dijadikan referensi dalam ilmu agama.

Dulu Muhammad bin Sirin rahimahullah ulama tabi’in muridnya Anas bin Malik mengingatkan: “Ilmu adalah bagian dari agama, karena itu perhatikan, dari mana kalian mengambil agama kalian”. (A’lam an-Nubala’ 4/606)

Orang yang belajar agama, hakekatnya sedang membangun ideologi. Ketika sumber ilmunya orang sesat, akan terbentuk ideologi sesat dari muridnya.

Kita terheran, ketika manusia liberal, dijadikan rujukan dan dimintai komentar masalah islam
Kita terheran, ketika pembela orang kafir, dijadikan acuan dalam bidang tafsir al-Qur’an…

Serta firqoh sesat pengusung Kesyirikan dan Kebid’ahan lainnya jangan heran.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan. Pendusta dianggap benar, sementara orang yang jujur dianggap dusta. Pengkhianat diberi amanat, sedangkan orang amanah dianggap pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah angkat bicara.” Ada yang bertanya, “Apa itu Ruwaibidhah ?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh (masalah agama) yang turut campur dalam urusan masyarakat.” (HR. Ahmad 7912, Ibnu Majah 4036, Abu Ya’la al-Mushili dalam musnadnya 3715, dan dinilai hasan oleh Syuaib al-Arnauth)

Dan banyak pemimpin yang menyesatkan tetapi diikuti dan dijadikan idolanya dan akibatnya adalah ketika di akhirat akan saling menyalahkan dan menyesal yang tiada gunanya.

Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya (pengikut-pengikut) mereka berkata (kepada pemimpin- pemimpin mereka),” Kamulah yang dahulu datang kepada kami dari Kanan.” Pemimpin-pemimpin mereka menjawab,(Tidak), bahkan kamulah yang tidak (mau) menjadi orang mukmin, sedang kami tidak berkuasa terhadapmu , bahkan kamu menjadi kaum yang melampaui batas.” (QS.As-Shaffat 28-30)

Keterangan :

Kanan, para pemimpin itu mendatangi para pengikutnya dengan membawa tipu muslihat yang memikat hati.

Di ayat yang lain Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman: “Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah bantahan dalam neraka, maka orang- orang yang lemah berkata kepada orang orang yang menyombongkan diri,” Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu melepaskan sebagian (azab) api neraka yang menimpa kami ?” Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab,” Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena Allah telah menetapkan keputusan antara hamba hamba(Nya).” (QS.Al-Mu’min: 47-48)

Nasihat untukku dan saudaraku. “…..ketika memilih atau mengikuti pemimpin, pilihlah sesuai dengan petunjukNya (Al-Qur’an dan AsSunnah) jangan mudah terkecoh dengan janji manisnya , karena semua itu akan kita pertanggungjawabankan kelak di akhirat.”

“Barang siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Allah jadikan dia faham dalam urusan agamanya.”
(HR Bukhari Muslim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *