“Life without worship. Like sailing without direction. Like anchored without a footing. It’s really very sad.”
(Hidup tanpa beribadah. Seperti berlayar tanpa arah. Seperti berlabuh tanpa pijakan. Sungguh sangat menyedihkan)”
Hidup adalah waktu yang tidak boleh kita siap-siakan. Bukan pula berarti manusia bisa berbuat tanpa batas, tapi disanalah kesempatan manusia mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kematian. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali-Imran:185)
Dari ayat di atas, Allah pun menegaskan bahwa kehidupan dunia, tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan manusia.
Di sinilah manusia tidak boleh tertipu dengan kesenangan dunia dengan iming-iming kebahagiaan ternyata banyak manusia mendapat penderitaan dan kesengsaraan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang cepat mengakhiri kehidupan dengan berbagai alasan peristiwa kematian yang mengenaskan.
Berbicara mengenai ibadah, pasti yang tergambar dalam pikiran adalah shalat, puasa, zakat. Pandangan tersebut menunjukkan bahwa sebagian umat islam masih memaknai ibadah dalam pandangan yang sempit. Dampaknya seringkali umat islam mengesampingkan aktivitas yang lain yang juga termasuk ibadah.
Secara bahasa, kata ibadah merupakan masdar dari kata ‘abada’ yang berarti beribadah atau menyembah kepada Allah (Munawwir, 1997:886) berpijak dari sanalah yang menjadi keharusan bagi setiap muslim memaknai ibadah dengan pandangan secara utuh dan komprehensif.
Pandangan seperti itu sejajar dengan tujuan utama penciptaan manusia, sebagaimana Allah SWT berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat:56)
Berpijak dari ayat di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa segala aktifitas yang kita lakukan harus bernilai ibadah. Tidak ada usaha yang harus dilakukan, kecuali melakukan reinterprestasi kata ibadah secara utuh dan komprehensif.
Oleh karena itu, tidak ada kata yang kita ucapkan kecuali lantunan ibadah. Tidak ada aktifitas yang kita lakukan kecuali aktivitas ibadah. Beribadah dan beribadah, seperti itulah yang kita lakukan. Semoga Allah menerima segala amal ibadah yang kita lakukan.
Semoga bermanfaat. (*)