*)Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Menjaga Jarak (secara fisik) bukan berarti memutuskan silaturahmi (hubungan baik). Silaturahmi bisa tetap terjaga melalui berbagai cara, seperti komunikasi lewat telepon, pesan WA, atau media sosial, serta menjaga niat baik. Menjaga jarak lebih pada upaya untuk melindungi diri dari potensi bahaya, toksic.
Tindakan menjaga jarak dilakukann untuk alasan keamanan hati atau alasan tertentu, yang mengharuskan untuk tidak terlalu dekat dengan orang lain dengan alasan tertentu.
Silaturahmi adalah menjaga hubungan baik dengan keluarga, teman, orang lain. Ini mencakup saling menyapa, peduli, membantu, dan menjaga komunikasi yang baik.
Menjaga jarak bukan memutuskan silaturahmi. Misalnya ada masalah sosial akibat komunikasi yang kurang baik, karena ada yang toksik. Ini soal kenyaman hati, daripada jadi lebih sakit hati Ini, menjaga jarak menjadi pilihan yang baik.
Memaafkan berbeda dengan melupakan. Memaafkan adalah melindungi hati agar tidak sakit hati. Memaafkan itu urusan hati.
Melupakan itu tidak memaafkan, tapi tidak ingin terlibat lagi. Melupakan itu urusan pikiran.
Menjaga silaturahmi itu ada banyak cara, tidak harus bertemu secara fisik. Telepon atau video call, berbicara langsung dengan orang yang kita sayangi bisa memberikan kehangatan dan kedekatan. Pesan singkat atau berinteraksi di media sosial juga bisa menjadi cara unruk tetap terhubung. Berdoa untuk kesehatan dan kebahagiaan orang lain juga merupakan bentuk silaturahmi yang baik. Menunjukkan kepedulian dan perhatian melalui tindakan sederhana juga bisa mempererat hubungan.
Menjaga jarak adalah tindakan sementara untuk melindungi diri dari orang lain, sementara silaturahmi adalah hubungan yang harus terus dijaga dan dirawat. Kita bisa menjaga silaturahmi dengan berbagai cara, bahkan saat menjaga jarak secara fisik.
Semoga bermanfaat. (*)
