Khotbah Jumat: Mewujudkan Persudaraan Manusia

*) Oleh : Afifun Nidlom, S.Ag., M.Pd., M.H.
Ketua Korps Muballigh Muhammadiyah Jawa Timur
www.majelistabligh.id -

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلإِسْلاَمِ وَالتَّقْوَى. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ يُحْسِنُ لِلْمُتَّقِيْنَ الْعُقْبَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا، يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pada bulan Desember tahun 2019, anggota Komite Tinggi Persaudaraan Manusia (The Higher Committee of Human Fraternity) bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyampaikan usulan penetapan Hari Persaudaraan Manusia Internasional.

Komite internasional ini bekerja untuk memenuhi aspirasi Dokumen Persaudaraan Manusia. Dokumen yang ditandatangani oleh Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dan Paus Fransiskus pada tanggal 4 Februari 2019 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Maka Majelis Umum PBB menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Persaudaran Manusia Internasional.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kesadaran untuk memitigasi pecahnya konflik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa harus terus diupayakan. Baik melalui kampanye secara terbuka ataupun tersistematisasi dalam materi pendidikan. Mengapa?

Pertama, kehidupan manusia sepanjang sejarahnya sebagai individu dan kelompok selalu dinamis. Dalam keadaan normal tidak ada satu pun orang yang dalam hidupnya terus menjadi bayi secara biologis, psikologis dan metafisik. Ini berarti manusia itu menurut kodrat keberadannya merupakan makhluk dinamis. Dalam al-Baqarah [2]: 30-39, kodrat ini ditunjukkan dengan dinamika yang kompleks dari kehidupan Adam: dari tidak tahu menjadi tahu, dari belum dihormati menjadi dihormati dan tidak dihormati, dari tidak bersalah menjadi bersalah, dari bahagia menjadi sengsara, dari tidak ada konflik menjadi ada konflik dan seterusnya.

Kedua, dampak konflik era modern apalagi peperangannya dapat diprediksikan kerusakannya sungguh dahsyat. Akibat penggunaan teknologi nuklir yang sangat berbahaya bagi manusia dan semesta.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Al-Qur’an menunjukkan bahwa kodrat keberadaan manusia sebagai makhluk dinamis, harus dikelola supaya kehidupannya di dunia dan akhirat menjadi ḥayāh ṭayyibah (kehidupan yang baik). Secara eksistensial pengelolaan itu dilakukan dengan mengusahakan diri menjadi diri (nafs) yang muṭmainnah (diri yang memiliki dorongan baik dominan), bukan diri yang lawwāmah (diri yang memiliki dorongan baik lemah), apalagi diri yang ammārah (diri yang memiliki dorongan buruk dominan).

Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk yang memiliki kepentingan sehingga terjadi benturan kepentingan antara satu orang dan satu kelompok dengan orang dan kelompok yang lain. Dalam pandangan klasik, kodrat ini dipahami sebagai bagian dari wujud nafsu hewani karena kehidupan manusia dipahami sebagai bagian dari animal kingdom (klasifikasi hewan).

فَأَزَلَّهُمَا ٱلشَّيۡطَٰنُ عَنۡهَا فَأَخۡرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِۖ وَقُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٍ

“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (QS. al-Baqarah [2]: 36).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ungkapan kodrat itu dalam al-Baqarah [2]: 36 tidak mendukung pandangan bahwa manusia itu bagian dari animal kingdom (baca: saling memangsa). Ayat ini memuat firman sangat indah. Setelah firman “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi lawan yang lain”, ada firman “Bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” Ungkapan firman ini menunjukkan bahwa dengan kodratnya sebagai pengelola konflik, manusia membuat konflik menjadi konflik yang kreatif, bukan sebagai konflik yang destruktif. Pengelolaan konflik demikian membuat mereka mapan dan senang dalam kehidupan di bumi. Jadi konflik itu bukan bagian dari animal kingdom, tapi bagian dari human kingdom.

Pangkal permulaan perselisihan adalah dari sikap bagyan atau keras hati dan keengganan menerima kebenaran (kufur) di antara mereka. Orang-orang beriman harus menghindarkan diri dari sikap ini. Bahkan, orang beriman kemudian datang menjadi penengah dan berusaha mewujudkan perdamaian dengan memanej konflik yang ada.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Para Nabi diutus untuk menghilangkan konflik. Sebagaimana firman Allah,

كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً وَٰحِدَةً فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِۚ وَمَا ٱخۡتَلَفَ فِيهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُ بَغۡيَۢا بَيۡنَهُمۡۖ فَهَدَى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ ٱلۡحَقِّ بِإِذۡنِهِۦۗ وَٱللَّهُ يَهۡدِي مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسۡتَقِيمٍ

Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah/2: 213).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan persaudaran manusia, setidaknya sebagai berikut:

  1. Mencari upaya untuk berdamai.

Allah berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (QS. Fushshilat/41: 34).

  1. Kesadaran untuk mewujudkan perdamaian.

Allah berfirman,

وَلَا تَجْعَلُوا اللَّهَ عُرْضَةً لِأَيْمَانِكُمْ أَنْ تَبَرُّوا وَتَتَّقُوا وَتُصْلِحُوا بَيْنَ النَّاسِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah/2: 224).

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat/49: 10).

  1. Kesadaran untuk menghindarkan diri dari kerusakan.

Allah berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum/30: 41).

  1. Keyakinan terhadap karma.

Allah berfirman,

وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (QS. An-Najm/53: 39).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Lima upaya di atas, jika kita dapat mewujudkannya, maka konflik-konflik yang terjadi di tengah-tengah kita dapat menjadi kemaslahatan untuk kehidupan dunia yang bahagia. Semoga khutbah yang singkat ini berguna dan bermanfaat untuk kehidupan kita bersama. Amin.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالْآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ.

 

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا مُبَارَكًا طَيِّبًا فِيْهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.  سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Tinggalkan Balasan

Search