Muhammadiyah Susun Ulang Risalah Akidah Islam Setelah 55 Tahun

Ketua MTT PP Muhammadiyah Dr Hamim Ilyas (batik hijau) menyampaikan sambutan (Syahroni Nur Wachid / majelistabligh.id)
www.majelistabligh.id -

www.majelistabligh.id – Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi menggelar seminar Risalah Akidah Islam di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (27/9/2025).

Agenda ini tercatat sebagai tonggak baru, sebab terakhir kali penyusunan akidah Muhammadiyah dilakukan pada tahun 1970.

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Dr. H. Hamim Ilyas, M.Ag., menegaskan bahwa langkah ini merupakan kebutuhan mendesak.

“Sejak tahun 1970 belum pernah dilakukan lagi. Bahkan ketika Munas Tarjih di Malang pun tidak ada keberanian untuk membahasnya. Selama ini Manhaj Tarjih di luar fikih juga belum berhasil dirumuskan,” ujarnya.

Hamim menjelaskan, penyusunan kali ini menggunakan metode tamsili dengan forum diskusi kelompok terarah (FGD) untuk menyusun kisi-kisi akidah.

Pendekatan tersebut dinilai relevan dengan kondisi global yang penuh tantangan.

“Campur tangan Allah SWT akan menuntun agar akidah yang disusun Muhammadiyah dapat mengatasi situasi yang tidak baik-baik saja, baik di level nasional maupun internasional,” kata Hamim.

Dalam pidatonya, Hamim juga menyinggung isu global, khususnya Palestina. Ia menegaskan, umat Islam yang berjumlah 1,8 miliar seharusnya bisa menghadapi Israel yang hanya sekitar 13 juta jiwa.

Ia pun mengutip Surah Al-Anfal ayat 65 tentang kekuatan seorang muslim yang mampu menghadapi sepuluh orang lawan.

Tidak hanya geopolitik, kondisi nasional juga ikut disorot. Hamim menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah, baik secara gagasan namun rawan masalah, jika implementasinya tidak hati-hati.

“Jangan sampai makan bergizi gratis justru berubah menjadi makan beracun gratis,” ujarnya sembari berkelakar.

Hamim menegaskan, bahwa risalah akidah Muhammadiyah kali ini diharapkan mampu membangun mentalitas pemenang bagi umat Islam.

Hal ini sejalan dengan keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar yang menekankan pentingnya spiritualisasi agama dalam kehidupan.

“Akidah Muhammadiyah yang disusun bukan hanya untuk internal warga Muhammadiyah, tetapi juga menjadi sistem kepercayaan yang mampu menginspirasi masyarakat Indonesia dan umat Islam dunia. Dengan itu, kita berharap akidah ini bisa memperkuat keyakinan sekaligus menjadi landasan menghadapi tantangan global,” tutup Hamim. (Syahroni Nur Wachid)

Tinggalkan Balasan

Search