*)Oleh: Afifun Nidlom
Dalam kehidupan, setiap manusia pasti menghadapi ujian dan cobaan. Namun, ada satu musibah terbesar yang tak terhindarkan, yaitu kematian. Kematian menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan setiap insan harus bersiap menghadapinya dengan sebaik-baiknya.
Dalam suatu kesempatan, seorang pria lanjut usia ditanya tentang rahasia hidupnya. Usianya sudah mencapai 95 tahun, sesuatu yang mengundang kekaguman. Namun, dalam kebanggaan orang lain terhadap panjang umurnya, sang kakek justru mengungkapkan kesedihannya. Ia harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan istri, anak-anak, dan teman-teman sejatinya.
Sebagaimana firman Allah SWT:
“Allah lah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk/67:2)
Seorang yang bijak akan selalu mengingat kematian dan mempersiapkan bekalnya untuk kehidupan setelahnya. Dalam hadis disebutkan:
فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
“Nabi SAW ditanya: Orang mukmin yang paling bijak itu bagaimana?, beliau menjawab: Orang mukmin yang paling bijak adalah yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Merekalah orang-orang yang bijak.” (HR. Ibnu Majah No. 4259, Hakim Jilid 4 Hlm. 540)
Baca juga: Menghadapi Kematian dengan Bijak: Pelajaran dari Al-Qur’an dan Hadis
Panduan Islam dalam Menghadapi Kematian.
Islam telah memberikan tuntunan mengenai bagaimana seorang muslim seharusnya menyikapi kematian:
1. Tidak Boleh Berharap Cepat Mati
Seorang mukmin yang bijak tidak seharusnya berdoa meminta kematian, meskipun sedang menghadapi cobaan berat. Dalam hadis disebutkan:
لاَ يَتَمَنِّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ لِضَرٍّ نُزِلَ بِهِ، فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا، فَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Janganlah seorang pun di antara kalian menginginkan kematian karena musibah yang menimpanya. Jika dia menghendakinya, hendaklah dia berdoa: Ya Allah, jagalah aku selama hidup ini baik bagiku, dan biarkan aku mati jika kematian itu baik bagiku.” (HR. Muslim)
Pada riwayat yang lain,
لَا يَتَمَنِّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ، وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ؛ إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ، وَإِنَّهُ لَا يَزِيْدُ الْمُؤْمِنُ عُمْرَهُ إِلَّا خَيْرًا
“Jangan lah seorang pun di antara kalian yang menginginkan kematian, dan jangan lah mendoakannya sebelum kematian itu tiba; Jika salah satu di antara kalian meninggal, maka berakhirlah amalnya, dan tidaklah umur seorang mukmin itu bertambah kecuali sebagai kebaikan. (HR. Bukhari).
2. Gunakan Umur untuk Menambah Kebaikan
Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk tidak mengharapkan kematian, karena umur yang panjang bisa menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri dan menambah amal kebaikan.
لاَ يَتَمَنِّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ؛ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مُسِيْئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ
“Janganlah seorang pun di antara kalian mengharapkan kematian; karena boleh jadi jika dia orang baik, mungkin dia akan menambah kebaikannya, atau jika dia orang jahat, mungkin dia diberi masa untuk bertaubat.” (HR. Al-Bukhari).
3. Kematian adalah Musibah Terbesar
Ruh itu terikat atau terpisah dengan jasad disebabkan adanya pembatas di antara keduanya. Namun, perubahan keadaan dan perpindahan dari satu alam ke alam lain merupakan musibah yang paling berat bagi ruh. Kematian bukan sekadar peristiwa biasa, tetapi merupakan musibah terbesar yang harus dipersiapkan dengan baik. Oleh karena Allah SWT menamainya musibah, dengan firman-Nya:
“Maka telah menimpa kamu musibah maut.” (QS. Al-Ma’idah: 106).
Dalam hadis disebutkan,
لَا تَمَنَّوُا الْمَوْتَ فَإِنَّ هَوْلَ الْمُطَلِّعِ شَدِيْدٌ، وَإِنَّ مِنَ السَّعَادَةِ أَنْ يُطَوَّلَ عُمْرُ الْعَبْدِ حَتَّى يَرْزُقَهُ اللَّهُ الْإِنَابَةَ
“Janganlah kamu menghendaki kematian, karena kengerian yang akan datang sangat parah, dan kebahagiaanlah bagi seorang hamba jika berumur panjang hingga Allah memberinya taubat.” (HR. Al-Bazzar).
4. Menyiapkan Bekal Kematian Adalah Bentuk Kecerdasan
Bencana yang lebih besar dari kematian adalah kelalaian dalam mengingat dan mempersiapkan diri menghadapinya. Ulama mengatakan bahwa orang yang bijak adalah yang senantiasa mengingat mati dan mempersiapkan bekalnya.
Dalam satu riwayat yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:
لَوْ أَنَّ الْبَهَائِمَ تَعْلَمُ مِنَ الْمَوْتِ مَا تَعْلَمُوْنَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْهَا سَمِيْنًا
“Seandainya hewan mengetahui tentang kematian, sebagaimana yang kalian ketahui, maka kalian tidak akan makan lezatnya daging dari binatang itu (hewan yang stress dagingnya tidak enak).” (Hadis Nabi SAW)
Kematian adalah suatu kepastian yang tidak bisa dihindari. Islam mengajarkan, bahwa yang terpenting bukanlah seberapa lama kita hidup, tetapi bagaimana kita mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Marilah kita gunakan sisa usia dengan memperbanyak amal kebaikan dan selalu mengingat Allah SWT agar kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bijak. (*)