Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah kembali menggelar program kurban yang sarat makna dan nilai kemanusiaan.
Kegiatan ini dilangsungkan pada Sabtu, 7 Juni, di kawasan Joglo Andhini Bawono Lestari, Sleman, Yogyakarta, dan melibatkan ratusan jamaah akar rumput dari berbagai komunitas dampingan.
Dalam suasana Iduladha yang penuh keberkahan, MPM PP Muhammadiyah tak hanya menyalurkan hewan kurban, tetapi juga menyemai nilai-nilai spiritual, sosial, dan ekologis dalam gerakan pemberdayaan masyarakat.
Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamin, menjelaskan bahwa agenda kurban ini tidak sekadar dimaknai sebagai ritual keagamaan, tetapi lebih jauh merupakan bentuk nyata dari semangat rahmatan lil ‘alamin—rahmat bagi seluruh alam.
Menurutnya, kurban adalah ekspresi dari ketaatan kepada Allah SWT sekaligus sarana untuk menumbuhkan kesalehan sosial dan memperkuat solidaritas antarwarga, terutama mereka yang berada di lapisan akar rumput masyarakat.
“Kegiatan ini bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga menyembelih keserakahan, keegoisan, dan berbagai bentuk dosa sosial. Kurban adalah momentum spiritual yang harus membawa perubahan sosial dan personal,” ungkap Yamin.
Dalam pelaksanaan kurban tahun ini, MPM PP Muhammadiyah berhasil menyalurkan 8 ekor sapi dan 31 ekor kambing yang disembelih dan didistribusikan kepada warga dari berbagai komunitas dampingan.
Lebih dari 500 peserta dari berbagai wilayah turut hadir dan merasakan kebahagiaan bersama. Tidak hanya terpusat di Sleman, MPM juga menggelar kegiatan serupa di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), yakni di Desa Tliu, Kabupaten Amanuban Timur, dan Desa Warmon di Kokoda, Sorong, Papua Barat.
Di Desa Tliu, kegiatan kurban dilakukan dengan dukungan dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Dikdasmen, berupa penyembelihan satu ekor sapi dan empat ekor kambing. Sementara di Warmon, Kokoda, satu ekor sapi disalurkan berkat kolaborasi antara Lazismu Jawa Tengah, MPM PP Muhammadiyah, dan Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong.
Komunitas-komunitas yang terlibat sangat beragam, di antaranya MPM MARDIKO, KSP Bank Difabel, JATAM Difabel Bejen, GERKATIN, JATAM Minggir, komunitas KOKAP, Ngoro-oro, BETRIK, ASONGAN, komunitas disabilitas Kalijeruk, dan IDP. Keberagaman peserta mencerminkan inklusivitas gerakan ini yang tidak memandang latar belakang sosial, ekonomi, maupun kondisi fisik.
Tak hanya komunitas, sejumlah mitra strategis juga turut mendukung kegiatan ini, antara lain Joglo Andhini Bawono Lestari, LAZISMU DIY, BAZNAS Nasional, Danone, Zurich Syariah, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Danamon Syariah, Adira Syariah, MayBank Syariah, CIMB Niaga Syariah, Pokphand, dan ICMI. Sinergi lintas lembaga ini menjadi kunci keberhasilan dalam menjangkau masyarakat secara luas dan berkelanjutan.
Yamin menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dia menegaskanpentingnya tiga pilar utama yang menjadi fondasi kegiatan ini: ketakwaan kepada Allah SWT, pembangunan kesalehan sosial di tengah masyarakat, dan peningkatan kualitas diri untuk menjadi insan yang lebih baik dan bermanfaat.
Sementara itu, Prof. Ali Agus, Dewan Pakar MPM PP Muhammadiyah sekaligus tuan rumah kegiatan, menyampaikan bahwa makna kurban tak hanya berhenti pada aspek spiritual. Lebih dari itu, kurban adalah simbol kepedulian dan inklusi sosial.
Kata dia, penyembelihan hewan kurban menjadi cerminan dari sikap hidup yang mengedepankan nilai kemanusiaan universal dan kasih sayang antarsesama.
“Ini bukan sekadar ibadah ritual, tetapi juga momentum untuk menunjukkan wajah Islam yang ramah, inklusif, dan peduli terhadap kaum kecil. Kurban adalah bukti nyata bahwa keberagamaan bisa menjelma menjadi keberdayaan,” tuturnya.
Menariknya, agenda kurban kali ini juga disertai dengan kegiatan penanaman bibit pohon kelapa dan nangka. Dua jenis tanaman ini dipilih karena memiliki nilai gizi, ekonomi, dan ekologis yang tinggi.
Penanaman pohon ini menjadi simbol keberlanjutan gerakan pemberdayaan masyarakat yang tidak hanya berbasis karitas sesaat, tetapi juga berorientasi pada kemandirian dan pelestarian lingkungan dalam jangka panjang.
Dengan penyelenggaraan kurban yang menyentuh banyak dimensi, spiritual, sosial, dan ekologis, MPM PP Muhammadiyah menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan model pemberdayaan masyarakat yang holistik dan transformatif.
Semangat kurban diharapkan tidak berhenti sebagai perayaan tahunan, melainkan menjadi titik tolak bagi gerakan perubahan sosial yang berkeadilan, inklusif, dan berkelanjutan. (*/wh)
