Pemimpin Mulia dan Lahirnya Peradaban Agung

Pemimpin Mulia dan Lahirnya Peradaban Agung
*) Oleh : Dr. Slamet Muliono Redjosari

Sumber Kemuliaan

Pada umumnya, manusia senantiasa menginginkan kemuliaan, namun seringkali cara mencari jalan kemuliaan berbeda satu sama lain. Ada segolongan manusia meraih kemuliaan dengan menumpuk kekayaan, mencari popularitas, skill, atau karya besar lainnya yang semuanya berorientasi dunia-sesaat.

Namun Al-Qur’an mendorong manusia untuk berbuat yang jauh lebih tinggi, dan berorientasi jangka panjang. Mereka didorong untuk berbuat baik, sebagaimana Allah lakukan kepada para hamba-Nya.

Oleh karenanya, Allah akan menerima perbuatan yang mulia. Ucapan yang baik, dan amal perbuatan yang mulia akan tercatat senantiasa dinaikkan ke atas guna disimpan dengan baik.

Sebagai pemimpin di bumi, manusia didorong untuk berbuat baik dengan menebar kebaikan sebagaimana Allah lakukan padanya. Allah telah berbuat baik kepada manusia dengan menghidupkan, menyediakan lahan di bumi, memberi rizki, dan menyiapkan seluruh perangkatnya.

Hal itu untuk menjaga keberlangsungan hidupnya. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡعِزَّةَ فَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيۡهِ يَصۡعَدُ ٱلۡكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ وَٱلۡعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرۡفَعُهُۥ ۚ وَٱلَّذِينَ يَمۡكُرُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ لَهُمۡ عَذَابٞ شَدِيدٞ ۖ وَمَكۡرُ أُوْلَٰٓئِكَ هُوَ يَبُورُ

“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS. Fāţir :10)

Al-Qur’an mendorong manusia untuk berbuat kemuliaan, dan Allah menyiapkan tempat untuk menyimpan kebaikan dan melipatgandakannya. Allah pasti akan membalas berbagai amal kebaikan itu dengan menjadikan pelakunya mulia di dunia dan akhirat.

Namun kebanyakan manusia enggan, lalai, dan condong kepada kenikmatan sesaat dan sementara. Betapa banyak pemimpin diberi amanah untuk berbuat baik. Alih-alih berbuat jujur, menegakkan keadilan dan menebar kemaslahatan. Mereka justru berbuat khianat, dzalim, dan berbuat kerusakan.

Munculnya berbagai tindak menyalahgunakan kekuasaan, seperti korupsi, dan merampok uang rakyat hingga terjadi kesenegsaraan kolektif. Dengan kekuasaan itu, mereka justru bebas melakukan penyimpangan.

Mereka tidak percaya akhirat, dan seolah hidup selama-lamanya. Sehingga kepemimpinannya dijadikan buah bibir masyarakat luas dengan berbagai keculasan, kecurangan dan kebohongan.

Mereka menjadi sasaran dan tuduhan atas berbagai keburukan dan biang kerok kerusakan di berbagai tempat. Dengan kata lain, perbuatan nistanya, ketika menjadi pemimpin, menjadi contoh buruk kepemimpinan yang jauh dari keharuman dan kemuliaan. Bahkan mereka telah mewariskan kotoran dan bau busuk pada generasi sesudahnya. (*)

Surabaya, 11 Maret 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *