*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Jumat Mubarak,
Peribahasa mengatakan, bahwa lidah itu tak bertulang, salah petik jiwa hilang.’ Peribahasa itu sangat tepat untuk menggambarkan tentang petaka yang ditimbulkan oleh lisan, karena lidah tidak bertulang sehingga dia akan bebas mengucapkan ucapan apa saja. Jika salah dalam berucap, bisa jadi petaka yang akan timbul.
“Islam telah menganjurkan kita untuk senantiasa menjaga lisan dari berkata-kata kotor, karena lisan adalah sumber bencana dan perbuatan dosa. Nabi Shallallahu alaihi was salam bersabda, Paling banyaknya dosa anak Adam adalah ditimbulkan dari lisannya.”
(HR. ath-Thabrani dan Ibnu Asakir, dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah no. 534)
Oleh karenanya, jauh-jauh hari Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah berpesan agar menjaga lisan supaya tak terjerumus ke dalam lembah kenistaan. Bahkan beliau menjamin surga bagi orang yang dapat menjaga lisannya.
Beliau shallallahu alaihi wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang menjamin untukku (menjaga dari kejelekan) apa yang di antara kedua tulang rahangnya (yaitu lisannya) dan kedua kakinya (yaitu kemaluannya) maka aku jamin dia dengan surga.” (HR. al-Bukhari: 6474)
Apa saja petaka lisan yang wajib dihindari oleh setiap muslim yang banyak manusia terjerumus di dalamnya ? Berikut di antaranya :
. Sering berkata sesuatu yang tidak berguna. Seorang yang mengerti akan berharganya waktu, di mana waktu adalah modal untuk meraih surga Allah, maka dia tidak akan sekali-kali melalaikan sedikitpun waktunya kecuali untuk kebaikan. Itu artinya, dia akan sangat menjaga lisannya dari berkata kata yang tidak berguna, karena itu berarti kelalaian dari dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seperti seorang yang mampu untuk mengambil permata indah, namun justru dia campakkan sembari mengais lumpur yang tiada berguna.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak berguna untuknya.”
(HR. at-Tirmidzi: 2317, Ibnu Majah: 3976)
. Tenggelam dalam kebatilan dan ucapan kemaksiatan. Termasuk di dalamnya adalah memperdebatkan agama dan berbantah bantahan yang tiada berguna, yang hanya akan mendatangkan kebencian dan menyulut api fitnah serta permusuhan di antara manusia.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda:
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang dia berbicara dengan satu kalimat, yang akan menggelincirkan dia ke neraka, lebih jauh dari masyriq (timur) dan Maghrib (barat).”
(HR. al-Bukhari: 6478, Muslim: 2988)
. Senang berkata-kata keji dan kotor. Perkataan keji dan kotor adalah ungkapan terhadap sesuatu yang memalukan, namun diungkapkan secara terang-terangan. Kebanyakannya adalah ungkapan- ungkapan yang mengarah kepada hubungan intim dan obrolan-obrolan cabul. Seorang yang baik akan merasa malu untuk mengungkap hal-hal tersebut dan akan berusaha mengungkapkan dengan bahasa kinayah (kiasan) ataupun isyarat.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Jauhi oleh kalian berbicara keji, sesungguhnya Allah tidak mencintai perbuatan keji dan membicarakannya.”
(HR. Ahmad: 6451)
. Selalu bercanda dan bergurau. Bercanda jika jarang- jarang dan tidak berbohong maka diperbolehkan, seperti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam pernah mencandai seorang nenek-nenek yang meminta surga; lalu Nabi berkata: “Nenek nenek itu tidak ada yang masuk surga”.
Lalu beliau membaca ayat: “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari- bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis gadis perawan.” (QS.al-Waqiah: 35-36)
Adapun selalu bergurau dan melawak untuk mengundang gelak tawa maka itu terlarang, karena itu akan menghilangkan kewibawaan dan menyulut kedengkian serta rasa dendam, apalagi bila dibalut dengan kedustaan dan kebohongan.
. Memperolok dan menistakan agama serta orang yang berusaha mengamalkan syariat. Bahkan menistakan agama dan kaum muslimin adalah sebuah kekufuran, meskipun dia melakukannya karena bercanda.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain- main saja. Katakanlah, Apakah dengan Allah, ayat- ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman….”
(QS.at-Taubah: 65-66)
. Ghibah dan menggunjing kehormatan saudaranya. Maka seorang muslim adalah terjaga darahnya, hartanya dan kehormatannya; tidak boleh dicampakkan tanpa hak.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda :
“Sesungguhnya darah kalian, harta, dan kehormatan kalian adalah haram (untuk dicampakkan).” (HR. al-Bukhari: 67)
Lisan Mukmin vs Lisan Fasik
Seorang mukmin ibarat sebuah lebah yang tidak akan mengambil sesuatu kecuali yang baik-baik dan hanya akan keluar darinya sesuatu yang baik-baik pula. Bila dia bergaul maka pergaulannya akan memberikan kebaikan untuk orang lain. Jika ia berucap, maka dia akan berucap dengan perkataan yang baik pula.
Berbeda dengan orang yang fasik, lisannya ibarat comberan, yang tidak keluar darinya kecuali keburukan. Lisannya dipenuhi dengan kekejian dan kalimat-kalimat kotor. Jika dia bergaul dengan manusia, lisannya tidak selamat dari fitnah, celaan, cacian dan laknat. Na’udzubillah !
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah memberikan ancaman dari lisan yang buruk. Beliau saw bersabda:
“Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang berbicara dengan satu kalimat, ia tidak menganggapnya berbahaya dengan satu kalimat itu, namun dengan sebab itu ia terjungkal selama 70 tahun di dalam neraka.” (HR. at-Tirmidzi: 2314, Ibnu Majah: 3970)
Diam adalah Solusi
Jika memang tidak bisa mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, maka lebih baik diam karena dengannya seorang akan selamat dari keburukan.
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berucap yang baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih)
Demikian juga wasiat para salaf, yang memilih diam jika tidak dapat berbicara yang baik. Abu Darda berkata: “Penuhkan hak telingamu dari lisanmu, karena dijadikan bagimu dua telinga dan satu lisan, agar engkau lebih banyak mendengar dari pada berbicara.”
(Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, hal. 176)
Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq sembari memegang lisannya mengatakan: “Lisan inilah yang telah membuat diriku (terjatuh) dalam keburukan.” (Az-Zuhd hal. 90 Imam Ahmad)
Abu Wa’il pernah naik bukit Shafa lalu memegang lisannya dan berkata : “Wahai lisan, berkatalah yang baik maka engkau akan mendapat banyak kebaikan, dan diamlah dari (berbicara) kejelekan maka engkau akan selamat, jika tidak maka engkau akan menyesal !”
Karena aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Paling banyaknya dosa anak Adam ditimbulkan dari lisannya.” (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News