*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang
“Better dirty hands but clean results. Instead of clean hands, dirty income.”
(Lebih baik tangan kotor tapi hasilnya bersih. Daripada tangannya bersih, penghasilannya kotor)
Dalam syariat Islam, Riba diartikan dengan bertambahnya harta pokok tanpa adanya transaksi jual beli sehingga menjadikan harta itu bertambah dan berkembang dengan sistem riba.
Maka setiap pinjaman yang diganti atau dibayar dengan nilai yang harganya lebih besar, atau dengan barang yang dipinjamnya itu menjadi keuntungan seseorang bertambah dan terus mengalir. Maka, perbuatan ini adalah riba yang diharamkan.
Allâh SWTberfirman:
يَمْحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَٰتِ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”(Qs. Al-Baqarah : 276)
Hasil rapat komisi VI dalam Munas Tarjih ke 27 di UMM menetapkan, bunga perbankan termasuk riba sehingga diharamkan.
Semaraknya praktek riba tidak terlepas dari Umat telah meninggalkan ajaran Islam, umat Islam lebih senang untuk menyimpan uangnya di bank-bank konvensional, bahkan simpan-pinjam dengan bunga pun sudah dianggap biasa.
Umat tidak lagi memperhatikan mana yang halal dan haram. Riba sudah dianggap sama dengan jual beli yang diperbolehkan syariat Islam.
Berapa banyak kita saksikan, gara-gara bunga berapa banyak orang yang hidupnya yang semula hidup bahagia pada akhirnya menderita tercekik dengan bunga yang ada.
Bencana yang ditimbulkan dikarenakan perutnya yang telah dipadati benda-benda haram. Sehingga nasi yang dimakannya menjadi haram, pakaian yang dikenakannya menjadi haram, motor yang dikendarainya pun haram, bahkan ASI yang diminum oleh si kecil pun menjadi haram.
Jadi kalau seperti ini, bagaimana mungkin do’a yang dipanjatkan kepada Allâh Swt akan dikabulkan jika seluruh harta dan makanan yang ada di rumahnya ternyata bersumber dari hasil praktik riba.
Semoga bermanfaat. (*)