Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama tujuh Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) kembali berperan aktif dalam forum akademik internasional. Dalam forum bertajuk 1st Annual Meeting on Global Academic Collaboration for Student Mobility, yang berlangsung pada 27–28 Oktober 2025, menegaskan peran Muhammadiyah dalam memajukan pendidikan tinggi di level global.
Kehadiran delegasi PTMA dalam pertemuan dua hari tersebut menempatkan jaringan perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah dalam percakapan internasional seputar mobilitas mahasiswa, kerangka transfer kredit, dan mekanisme kemitraan lintas-negara. Forum menghadirkan akademisi, pemangku kebijakan, serta praktisi dari berbagai wilayah yang berkumpul untuk menyusun strategi kolaborasi akademik yang pragmatis dan berkelanjutan.
Sekretaris Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. Ahmad Muttaqin, dalam presentasinya memaparkan progress dan kiprah PTMA—mulai dari perluasan program internasionalisasi, inisiatif pertukaran mahasiswa jangka pendek, hingga upaya peningkatan mutu akademik yang selaras dengan standar internasional. Paparan tersebut menegaskan komitmen institusi untuk membuka akses pengalaman global bagi mahasiswa Muhammadiyah tanpa mengorbankan akar nilai keislaman dan karakter bangsa.
Pada sesi presentasi dan diskusi panel, delegasi PTMA berpartisipasi aktif dalam tanya-jawab serta perumusan rekomendasi kebijakan. Kehadiran tersebut memperkuat narasi bahwa perguruan tinggi Muhammadiyah tidak sekadar hadir, tetapi juga berkontribusi substantif dalam pembahasan teknis mengenai mobilitas akademik.
Perwakilan dari ketujuh PTMA menyampaikan berbagai praktik baik (best practices) yang telah ditempuh, seperti pengembangan kesepakatan kredit transfer antar-institusi, program double degree pada bidang tertentu, serta pemanfaatan platform digital untuk fasilitasi pertukaran daring. Para peserta forum sepakat bahwa penguatan kapasitas administrasi internasional di kampus merupakan prasyarat penting agar program mobilitas dapat berlangsung aman, adil, dan berkualitas.
Selain agenda teknis, pertemuan ini membuka peluang penjajakan kerja sama riset bersama, penyusunan kurikulum yang kompatibel antarnegara, serta program pengembangan kompetensi dosen melalui visiting scholar. Para pengamat menilai inisiatif seperti ini berpotensi memperbesar daya tarik PTMA di mata calon mahasiswa internasional dan memperkaya pengalaman belajar mahasiswa lokal.
Dari titik pandang nasional, keterlibatan aktif Muhammadiyah dalam forum internasional menjadi sinyal positif bahwa model pendidikan berbasis nilai keislaman dan kemoderatan bisa dikolaborasikan dengan praktik akademik global. Hal ini sekaligus merespons kebutuhan era globalisasi: menghasilkan lulusan kompeten, adaptif, dan berjiwa kebangsaan.
Menutup rangkaian kegiatan, delegasi Diktilitbang dan perwakilan PTMA menegaskan niat untuk menindaklanjuti hasil pertemuan melalui pembentukan kelompok kerja, penjajakan MoU bilateral, dan perencanaan pilot project mobilitas mahasiswa pada tahun akademik mendatang. Langkah-langkah ini diharapkan memperkuat posisi PTMA di jaringan pendidikan tinggi internasional sekaligus membuka jalan bagi lebih banyak mahasiswa Muhammadiyah meraih pengalaman akademik global. (m. roissudin)
