Mengabdi tanpa letih. Itulah kalimat yang tepat untuk Rindya Fery Indrawan, S.Pi MP., dosen Akuakultur Univerisitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang meninggalkan rutinitas akademiknya untuk menjadi relawan di wilayah terdampak bencana Sumatera Barat. Sudah sebulan ia dipercaya sebagai Ketua Pos Koordinasi di wilayah tersebut.
Sebagai Ketua Pos Koordinasi, tugas Rindya Fery tidaklah ringan. Sebab ia yang bertanggungjawab menghubungkan kerja antar-klaster, sekaligus memanajemen kebutuhan logistik sejak tahap persiapan hingga distribusi di lapangan. Selain itu, ia memastikan koordinasi relawan serta penyaluran bantuan kemanusiaan tetap berjalan meski dihadapkan pada medan yang sulit.
“Saya sebagai ketua poskor harus bisa menjembatani antara koordinator klaster satu dengan yang lainnya, memanajemen kebutuhan, baik logistik internal maupun eksternal,” kata Rindya Fery.
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sendiri juga telah mengirimkan sejumlah elemen dalam misi kemanusiaan di Agam Sumatera Barat, meliputi dokter muda Fakultas Kedokteran, dokter umum, perawat, dan apoteker RS UMM, hingga Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana).
Dalam pelaksanaannya, UMM bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) sebagai mitra strategis dalam penguatan peran perguruan tinggi pada respon kebencanaan.
Wilayah penugasan difokuskan di Kabupaten Agam, meliputi Malalak, Maninjau, dan Palembayan. Setiap lokasi menghadirkan tantangan medan yang berbeda. Di Malalak, jembatan terputus memaksa relawan menyeberangi sungai dengan risiko tinggi saat debit air meningkat. “Kalau sungainya lagi naik, kita tidak bisa menyeberang karena takut terbawa arus,” tandasnya.
Sementara itu, di Maninjau, ancaman longsor susulan menjadi kewaspadaan utama. Banjir bandang membawa material bebatuan gunung yang berpotensi bergerak kembali ketika hujan turun dalam durasi panjang. “Ketika hujan sudah lebih dari dua jam, kita harus ekstra hati-hati karena takut ada longsoran susulan,” tambahnya.
Untuk memastikan penanganan berjalan efektif, kegiatan dibagi ke dalam empat klaster. Klaster medis memberikan layanan kesehatan di puskesmas serta melakukan kunjungan langsung ke rumah-rumah penyintas. Penanganannya selain di puskesmas, juga moving door to door atau home visit ke para penyintas
Klaster dukungan psikososial menyasar seluruh lapisan masyarakat termasuk anak-anak, lansia, ibu-ibu, hingga remaja untuk membantu pemulihan kondisi mental pascabencana. Klaster logistik menyalurkan obat-obatan, sembako, kebutuhan dapur umum, hingga alat kesehatan seperti kursi roda bagi penyintas yang membutuhkan. Adapun klaster WASH menyediakan akses air bersih melalui unit filtrasi yang ditempatkan di fasilitas umum dan hunian darurat.
Keterlibatan Indra Ferry menjadi bagian dari komitmen berkelanjutan kampus putih untuk hadir dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Melalui aksi kemanusiaan ini, UMM menegaskan perannya sebagai kampus yang berdampak, tidak hanya melalui pendidikan dan riset, tetapi juga melalui pengabdian langsung di tengah krisis.
Terakhir, ia menyampaikan pesan penguatan kepada para penyintas agar tetap bertahan dan tidak merasa sendirian, sembari mengapresiasi dukungan berbagai pihak dalam misi kemanusiaan ini. “Tetap semangat karena kalian tidak sendiri, ada kami para relawan dan semua pihak yang berjibaku membantu saudara-saudara yang terdampak bencana,” tutupnya.(*/tim)
