Rasa penasaran adalah pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam. Ketika seseorang mulai memahami suatu hal, justru akan muncul pertanyaan-pertanyaan baru yang mendorongnya untuk terus mencari jawaban.
Dalam Islam, proses ini bukan sekadar kebetulan, melainkan bagian dari perjalanan intelektual dan spiritual yang harus dilalui setiap pencari ilmu.
Pemahaman yang memicu rasa ingin tahu inilah yang disampaikan Ustaz Ahmad Bahrisy, M.Ag dalam tausiyah Ramadan di Masjid Al Badar, Jalan Kertomenanggal, Surabaya, pada Senin (17/3/2025) malam.
Dalam ceramahnya, ia menekankan pentingnya pemahaman dalam kehidupan beragama dan bagaimana pemahaman tersebut memicu rasa penasaran yang mendorong umat Islam untuk terus belajar dan berdiskusi.
“Bukankah pemahaman adalah awal dari perjalanan mencari ilmu? Setelah pemahaman muncul, tibalah rasa penasaran kembali,” ujar Ustaz Ahmad Bahrisy.
Dia lalu menjelaskan bahwa dalam Islam, pemahaman tidak boleh berhenti pada satu titik, tetapi harus terus berkembang dengan mempertanyakan dan mencari jawaban dari berbagai sumber yang terpercaya.
Menurutnya, rasa penasaran ini merupakan anugerah yang akan membawa seseorang kepada pencarian ilmu yang lebih luas.
“Setelah muncul rasa penasaran, terkadang itu memunculkan perdebatan atau diskusi. Ini wajar, karena dengan berdiskusi, kita bisa semakin mendalami pemahaman kita,” jelasnya.
Ustaz Ahmad Bahrisy juga menekankan bahwa dalam mencari ilmu, seseorang harus merujuk kepada berbagai sumber yang valid.

“Sudah, cari informasi kembali, mengumpulkan dari beberapa sumber,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa pembelajaran tidak hanya bersumber dari satu tempat, tetapi perlu dikomparasikan dengan pandangan lain agar pemahaman menjadi lebih utuh.
Dia juga menyebutkan bahwa proses mencari ilmu ini akan terus berlangsung dan tidak berhenti hanya pada satu tahap.
“Setelah mengumpulkan berbagai sumber, muncul pertanyaan baru: penasaran dari sudut pandang yang lain,” tambahnya. Dengan demikian, manusia akan terus berkembang dan meningkatkan kualitas keilmuannya.
Selain itu, Ustaz Ahmad Bahrisy menekankan bahwa diskusi dan perdebatan dalam Islam adalah bagian dari proses pencarian ilmu.
“Ada perdebatan, ada diskusi. Apakah benar-benar bisa muncul sana?” katanya, mengajak para jamaah untuk tidak takut berdiskusi dan mempertanyakan sesuatu selama dilakukan dengan niat yang baik.
Dia menegaskan bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan diskusi yang sehat. “Dalam sejarah Islam, para ulama besar selalu terlibat dalam perdebatan ilmiah yang justru menghasilkan banyak ilmu baru. Ini adalah bagian dari proses berpikir yang harus kita lestarikan,” paparnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa pemahaman dan diskusi bukan hanya sebatas wacana, tetapi harus berujung pada tindakan nyata.
“Setelah memahami dan berdiskusi, langkah selanjutnya adalah bagaimana kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Menurutnya, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat diamalkan. Oleh karena itu, ia mengajak jamaah untuk tidak hanya berhenti pada tahap pemahaman dan diskusi, tetapi juga melakukan aksi nyata yang membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Tausiyah ini menjadi pengingat bahwa proses belajar dalam Islam adalah perjalanan yang tidak pernah berhenti, dan setiap pemahaman yang didapatkan harus membawa seseorang kepada tingkat ilmu yang lebih tinggi. (wh)