Sosok KH Abdurrahim Nur Dibedah dalam Kajian Ahad Pagi Fajar Shodiq

Reuni dan Kajian Fajar Shodiq Nurul Azhar Porong. (ist)
www.majelistabligh.id -

Apa dan siapa Abdurrahim Nur diungkap oleh para “santri” dalam acara Reuni dan Kajian Ahad Pagi Fajar Shodiq di Masjid Nurul Azhar Porong, Desa Jatirejo, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Ahad (7/12/2025). Kajian bertema “Melacak Gagasan dan Merajut Tafsir Al Quran Abdurrahim Nur oleh Para Santri”, untuk meneguhkan kembali bagaimana sikap keikhlasan dan keilmuan yang ditunjukkan oleh Abdurrahim Nur.

Menurut Muhammad Mirdasy, S.Ip, Pembina Yayasan Nurul Azhar, tema tersebut diangkat untuk menggali pemikiran dan kontribusi keilmuan Abdurrahim Nur, yang juga pendiri Panti Asuhan dan lingkungan pendidikan Nurul Azhar. “Kajian ini merupakan momen penting untuk menyambung tradisi intelektual dan mengenang kontribusi besar Abdurrahim Nur dalam membina para santri,” kata Mirdasy.

“Santri” yang pertama mengungkapkan siapa Abdurrahim Nur, adalah Dr. HM. Sulthon Amien MM, Wakil Ketua PWM Jawa Timur sekaligus alumni angkatan pertama Nurul Azhar. Sulthon mengawali bicaranya dengan mengenang pertemuannya dengan mantan Menteri Agama, M Quraish Shihab. Salah satu yang mereka bicarakan adalah kesan keduanya terhadap sosok KH Abdurrahim Nur.

Sulthon menceritakan bagaimana kesan Shihab terhadap Kiai Rahim, sapaan akrab Abdurrahim Nur. “Jagalah orang seperti beliau (Kiai Rahim), karena di Indonesia, langka,” ujar Sulthon menirukan ucapan Shihab yang masih diingatnya.

Pada masanya, KH Abdurrahim Nur memang merupakan sosok yang sangat disegani, terutama di Jawa Timur. Pria kelahiran Porong, 17 September 1932 itu adalah alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir. Kecerdasannya bahkan sampai ke telinga Moh. Natsir,  tokoh sentral Partai Masyumi.

Oleh Natsir, Abdurrahim muda pernah diminta untuk berkarier di Jakarta. Namun, ia menolak dan memilih mengabdi di daerah kelahirannya. Kiai Rahim pernah menjadi Dekan Fakultas Ushuluddin di IAIN Sunan Ampel Surabaya hingga Wakil Ketua MUI Jatim. Juga sebagai Ketua PWM Jatim periode 1990–1995 dan 1995–2000.

Menariknya, Abdurrahim Nur juga pernah memimpin GP Ansor Jawa Timur. Sulthon Amien menegaskan bahwa sosok seperti Abdurrahim patut diteladani. Pemikiran dan kiprahnya, perlu terus diwariskan kepada generasi hari ini. “Penting kiranya pemikiran beliau ditulis ulang, sangat penting,” tegas Sulthon.

KH Abdurrahim dikenal sebagai pribadi yang sangat rendah hati. Siapa pun yang ingin belajar, akan diterima dengan tangan terbuka. Ceramahnya lembut, penuh makna, dan membumi. Yang membuat pengajian KH Abdurrahim begitu khas adalah pendekatannya dalam menafsirkan Al-Quran. Dia tidak menggunakan kitab tafsir populer seperti Al-Maraghi atau Ibnu Katsir secara langsung, melainkan membacakan ayat Al-Qur’an dan menafsirkannya dengan merujuk kepada ayat-ayat lain yang saling berkaitan. Pendekatan ini menjadikan makna ayat lebih luas, kontekstual, dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Beliau bukan sekadar menjelaskan, tapi membuka ruang dialog.

Dalam acara tersebut, juga menghadirkan H. Masyhud NA., S.Ag, M.Fil. Aktivis Gerakan Anti Pemurtadan Indonesia dan penulis buku Bimbingan Sholat (Beserta Kontroversi Bacaannya). Sebagai alumni Panti Asuhan Nurul Azhar Porong, kehadiran Masyhud diharapkan memberikan analisis mendalam tentang relasi antara pemikiran Abdurrahim Nur dan dinamika dakwah kontemporer.

“Santri” ketiga adalah Dr. H. Shalahuddin, S.Ag, M.Ag. Penulis buku Pesantren Pasir sekaligus alumni Panti Asuhan Nurul Azhar. Dengan latar keilmuan yang kuat di bidang studi Islam, ia akan membahas perkembangan kajian tafsir yang lahir dari tradisi Nurul Azhar.

Juga diundang sebagai pembicara Drs. H. Ainur Rofiq, M.Si. Pelatih Diksuspala Dikdasmen PP Muhammadiyah sekaligus pimpinan Pondok Nurul Azhar Lajuk Porong. Dia akan menyoroti kontribusi Abdurrahim Nur dalam membentuk karakter kepemimpinan para santri dari masa ke masa.

Acara tersebut dihadiri oleh jamaah dari berbagai daerah, khususnya para alumni, santri, dan simpatisan Nurul Azhar. (*/tim)

Reuni dan Kajian Fajar Shodiq Nurul Azhar Porong. (ist)

Tinggalkan Balasan

Search