*)Oleh: Hasan Asuro, S.Pd, S.Kom
Ketua PDPM Kota Pasuruan Periode 2014-2018
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Kita bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk menjumpai bulan yang penuh keberkahan, kemuliaan, dan ampunan dari Allah SWT, yakni bulan Ramadan. Bagi kaum beriman, kesempatan ini pasti tidak akan dilewatkan begitu saja. Banyak amalan shalih yang sudah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya untuk mengisi bulan Ramadan yang penuh berkah ini.
Berpuasa di bulan Ramadan adalah kewajiban yang telah Allah perintahkan kepada umat Islam, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ (Al-Baqarah: 183)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Setiap perintah dari Allah pasti mengandung ibrah (pelajaran) yang ingin disampaikan kepada umat-Nya. Seiring perkembangan zaman, berbagai tingkah laku dalam kehidupan manusia menunjukkan adanya perbedaan dalam tingkat keimanan setiap individu.
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menyampaikan bahwa ada tiga tingkatan puasa yang harus dipahami oleh setiap muslim:
“Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus. Puasa umum adalah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Puasa khusus adalah menahan telinga, pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari dosa. Sedangkan puasa paling khusus adalah menahan hati dari memikirkan dunia, menjaga hati agar tidak mendekati kehinaan, serta menjaga pikiran hanya untuk Allah SWT dan hari akhir. Puasa ini batal jika terlintas dalam hati selain Allah SWT dan kehidupan akhirat.” (Imam al-Ghazali)
Apa yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali ini bisa kita jadikan sebagai barometer untuk menilai kualitas puasa kita. Berikut beberapa poin penting yang bisa kita jadikan pelajaran dalam menjalankan puasa Ramadan dengan lebih baik.
Introspeksi diri
Kita perlu melakukan evaluasi terhadap puasa kita pada tahun sebelumnya. Apa yang sudah kita lakukan, termasuk tingkatan puasa mana yang telah kita jalani? Seberapa banyak amal shalih yang telah kita perbuat? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk kita jawab agar kita dapat menentukan langkah yang tepat dan sikap yang harus kita ambil agar Ramadan kali ini lebih baik dari sebelumnya.
Menyusun Agenda Kegiatan
etelah kita melakukan evaluasi terhadap puasa kita sebelumnya, langkah selanjutnya adalah menyusun agenda kegiatan amal yang akan kita jalankan di bulan Ramadan. Agenda ini bisa mencakup berbagai amalan ibadah seperti:
- Pada sepuluh hari pertama, fokuskan untuk membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an.
- Pada sepuluh hari kedua, kita bisa memperbanyak tilawah Al-Qur’an pada surat dan ayat pilihan.
- Pada sepuluh hari terakhir, kita bisa menambah hafalan Al-Qur’an atau hadis.
Selain itu, kita juga bisa mengagendakan amalan lainnya seperti menambah shalat sunnah rawatib, shalat sunnah nawafil, sedekah, dan kegiatan ibadah lainnya.
Istikamah dalam beribadah
Selama bulan Ramadan, kita harus tetap bersemangat dan istikamah dalam menjalankan agenda yang telah kita susun, baik itu dalam menjalankan ibadah puasa, qiyamul lail, maupun ibadah lainnya. Namun yang lebih penting lagi, kita juga harus istikamah dalam menjalankan ibadah di sebelas bulan selain Ramadan.
Akhirnya, marilah kita selalu merenung dan jangan sampai kita termasuk dalam golongan yang dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad SAW, seperti yang beliau sabdakan:
“Banyak orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apa pun dari puasanya selain lapar dan dahaga.“ (HR. Ibn Majah)
Semoga kita tidak termasuk dalam golongan tersebut, dan semoga puasa kita di bulan Ramadan kali ini membawa manfaat yang besar dan mendekatkan kita kepada Allah SWT. (*)